loading...

Upacara Ngenteg Linggih

Upacara Ngenteg Linggih - Upacara Ngenteg Linggih adalah Rangkaian upacara paling akhir dari pelaksanaan upacara mendirikan sebuah pura, secara etimologi ngenteg berarti menetapkan linggih berarti menobatkan/menstanakan. Upacara init dalam Ngenteg Linggih adalah upacara mendem pedagingan, setelah upacara pamelaspasan dan suddha bhumi akan dilaksanakan upacara mendem pedagingan, sebagai lambang singasana Hyang Widhi yang di sthanakan. Bentuk serta jenis pedagingan antara satu Pelinggih dengan pelinggih lainnya tidak sama, hal ini tergantung dari jenis bangunan Pelinggih yang bersangkutan, termasuk jenis bebantenannya juga ada yang berbeda.


Upacara Ngenteg Linggih
Fungsi dan Makna Upacara Ngenteg Linggih

Upacara Ngenteg Linggih
adalah upacara penobatan/mesthanakan Sang Hyang Widhi dengam segala manisfestasinya pada palinggih atau bangunan suci yang dibangun, sehingga beliau berkenan kembali setiap saat terutama manakala dilangsungkan segala kegiatan upacara di Pura yang bersangkutan. Ada dua jenis Ngenteg Linggih, yaitu :
  1. Ngenteg Linggih Mamungkah berupa Upacara Ngenteg Linggih ketika sebuah Pura baru dibangun dan belum pernah diselenggarakan upacara tersebut.
  2. Ngenteg Linggih Mupuk Pedagingan adalah Upacara Ngenteg Linggih yang dilaksanakan setiap 10-15 tahun sekali, dengan melaksanakan upacara menanam padagingan baru untuk merevitalisasi pura yang telah berdiri puluhan tahun sebelumnya. 
Pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih yang dilaksanakan itu secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
  1. Upacara Ngenteg Linggih ditandai dengan membangun sanggar tawang rong tiga, dilengkapi dengan banten suci 4 (empat) soroh dan banten catur, tegen-tegenan, serta perlengkapan lainnya berupa sesayut gana, telur, benang, kelapa sebanyak 40 butir yang dikemas dalam empat bakul, uang kepeng 52. jika di sanggar tawang sebagai tempat tirta, mesti dilengkapi dengan banten suci sejumlah tirta yang ditempatkan di sana dan rangkaian lainnya. pada undakan sanggar tawang bantennya adalah suci samida beserta beras pangopog sebakul berisi bunga lima jenis, seperangkat peras pagenayan bertumpeng merah, ayam biing (merah) dipanggang, dilengkapi dengan daksina berisi benang merah. pada sanggar tawang memakai lamak 4 buah pada rong yang ditengah memakai lamak surya dan lamak candra, lamak segara pada rong selatan, lamak gunung pada ring paling utara. pada masing-masing ruangan juga dilengkapi dengan ujung daun pisang kayu, plawa dilengkapi pajeng (payung), tetunggul (umbul-umbul) empat warna : putih, kuning, merah, dan hitam. pada bangunan panggungan perlengkapannya adalah pring kumaligi, beralaskan pane di isi beras dan uang kepeng 225, benang setungkel dan memakai busana lengkap. perlengkapan lainnya berupa sesantun beras senyiru, 5 butir kelapa, telur, benang, uang 5.000,-, jerimpen 5 tanding, dijadikan lima nyiru, ini disebut banten paselang.
  2. Banten dibawah panggungan dilengkapi dengan gayah, sate bebali dan gelar sanga ditambah dengan plegembal. didepan lubang yang nantinya digunakan mepulang/menanam pedagingan, didepannya digelar baying-bayang (kulit) kerbau hitam, sesajen selengkapnya dengan bebangkit warna hitam, pula kerti 1, suci 1, pagu putih ijo cawu guling, cawu renteng, isu-isu, kwangi.
  3. Pada sanggar tutuwan, bebantennya adalah banten penebus dengan perlengkapannya suci putih, bebangkit dan pula kerti, sedangkan banten penyorohnya adalah dihaturkan kehadapan manifestasi sang hyang widhi yang berstana di Sapta Patala (Nama pelinggih), berupa suci 1, bebangkit hitam, guling dan dedaanan, bebantenan di natar pura, berupa caru panca sanak, baying-bayang (kulit) angsa, bebek belang bungkem, kambing hitam, dilengkapi dengan suci, bebangkit hitam, pula kerti dan beras serba sepuluh. setelah semua perlengkapan upacara ini disiapkan, barulah pemujaan oleh sulinggih, kemudian di akhiri dengan persembahyangan bersama. 

Maksud dan tujuan Upacara Ngenteg Linggih adalah untuk menyucikan dan mensakralkannya sthanakan Hyang Widhi dan manisfestasi-manifestasinya, sehingga bangunan itu memenuhi syarat sebagai "niyasa" (simbol) objek konsentrasi pemujaan. Upacara Ngenteg Linggih mempunyai makna upacara mensucikan dan mensakralkan niyasa tempat memuja sang hyang widhi. Pelaksanaan Upacara Ngenteg Linggih dilakukan setelah selesai pembuatan bangunan dalam bentuk padmasana, sanggah pamarajan dan pura. 

  1. Upacara Mamangguh yaitu upacara mencari sebidang tanah yang cocok untuk dijadikan pura dengan memohon petunjuk dari sang hyang widhi. mamangguh asal katanya : "pangguh" atau "panggih" artinya menemukan. Mamangguh lebih cenderung diartikan sebagai menemukan bidang tanah secara niskala (niskala = tidak nyata).
  2. Upacara memirak yaitu dilakukan untuk memohon ijin kepada sang hyang widhi guna membangun tempat suci dalam bentuk padmasana, sanggah, pamarajan dan pura. memirak berasal dari kata "pirak" artinya membeli.
  3. Upacara Nyengker ini bermakna memberi batas luas tanah yang akan dijadikan bangunan tempat suci dengan cara membangun pagar keliling atau dengan menaburkan tepung beras putih. nyengker berasal dari kata  "sengker" artinya batas.
  4. Upacara Mecaru bermakna sebagai korban suci/pengorbanan yang tulis ikhlas kehadapan Sang Hyang Widhi untuk keseimbangan dan keselarasan.
  5. Upacara Melaspas dilakukan sebagai wujud rasa terima kasih kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan alam beserta isinya untuk kebutuhan manusia berupa bahan-bahan keperluan untuk membangun tempat suci. 
  6. Upacara mamangku bertujuan menyatukan bagian-bagian bangunan, mulai dari pondamen, tiang dan atap, sehingga berbentuk suatu bangunan, yang pada awalnya berupa tumpukan material saja. 
  7. Upacara Ngurip bermakna untuk menghidupkan kembali segala sesuatu yang berasal dari alam, yang diguna sebagai bahan material untuk membangun tempat suci.
  8. Upacara Masupati ini dilakukan untuk mensakralkan bangunan (Niyasa) dengan cara memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberikan kesucian dan nilai Magic.
  9. Upacara Piodalan. Setelah Upacara Ngenteg Linggih dilanjutkan dengan Upacara Piodalan, yakni penyambutan yang pertama bahwa pura telah berdiri yang diikuti persembahyangan bersama. 
  10. Upacara Nganyarin Upacara ini berlangsung sehari setelah hari Upacara Ngenteg Linggih dan Poidalan, berturut-turut setiap hari sampai upacara masineb. 
  11. Upacara Mesineb Secara simbolis upacara telah berakhir, Sang Hyang Widhi diiringi para dewa dan roh suci para Rsi Agung dan roh suci leluhur kembali ke svarga atau kahyangan-nya yang sehati. 

Demikian Penjelasan Upacara Ngenteg Linggih ini dengan makna simbolisasi upacara ritual yang telah kami uraikan secara panjang dan lebar dengan harapan semoga artikel Upacara Ngenteg Linggih ini bermanfaat untuk semua umat. 

0 Response to "Upacara Ngenteg Linggih"