Apakah Makna Dan SimbolisTetandingan Banten Canang ? - Banten
merupakan ciri khas uang unik bagi masyarakat hindu di bali, banten memiliki
nilai religius, magis, yang mengandung nilai budaya seni dan adat. Banten
membuat orang menjadi terpesona karena daya seni yang ditampilkannya dengan
berbagai keindahan dalam penataan sebuah karya spiritual, sebagai sarana untuk
mendekatkan diri penyembah dengan yang disembah yakni tuhan yang maha esa. Banten
merupakan perwujudan dari manusia, maka dengan demikian banten memiliki makna
sebagai simbol penyerahan diri manusia secara totalitas, yang didasari
ketulusan hati dan niat yang suci. Hal ini tercermin dari tetuasannya
(potongannya), yang menunjukan keindahan seni yang ditampilkan, menyimbolkan
perasaan cinta kasih dan bakti yang demikian agungnya sehingga melahirkan getaran
hati dan pikiran untuk mempersembahkan yang terbaik dan termulia kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pemberi anugrah berupa kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup sang pemuja. Jenis upakara (banten) yang sering digunakan
dalam menghaturkan persembahan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa adalah Canang.
Canang adalah upakara yang sangat sederhana, dipakai dalam berbagai upacara
baik besar maupun kecil, sebagai wujud bakti sang pemuja.
Dibawah
ini adalah Makna dan Simbolis Tetandingan Banten Canang :
Canang ini dibuat dengan
menggunakan alas berupa ituk-ituk, taledan, atau ceper, yang disusun dengan
perlengkapan : pelawa, porosan, bunga yang dialasi dengan jahitan dari janur
berbentuk tangkih atau kojong, dapat pula berbentuk bundar yang sangat indah
yang disebut Uras-sari. Perwujudan canang genten ini sangat sederhana, namun
semua unsur dan sarana yang membentuk mempunyai arti simbolis, sehingga sering
disebutkan “kecil dan sederhana tetapi sudah inti”.
- Tetuwasan, reringgitan dan jejahitan yang dipergunakan itu melambangkan ketulusan atau kesungguhan hati,
- alas upakara berbentuk segitiga berupa itul-ituk merupakan simbol-simbol dari Tri Pramana yaitu sabda, bayu, dan idep, Tri Guna yaitu Satwan, Rajas, dan Tamas, Tri Kaya Parisudha yakni manacika, kayika, dan wacika dan Tri Kona yakni Utpheti, Sthiti, dan Pralina.
- Alas Upakara berbentuk segi empat berupa ceper, taledan ini simbol dari catur purusartha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa merupakan empat tujuan hidup yang dilakukan dan dicapai secara lahir dan bathin dalam kehidupannya.
- Selanjutnya unsur Pelawa atau daun kayu sebagai dasar perlengkapan melambangkan ketenangan atau kesejukan pikiran dari yang mempersembahkannya.
- Sedangkan Porosan yang terdiri dari tiga unsur yakni sirih, pinang dan kapur lambang tri murti, Sirih lambang Wisnu, Kapur melambangkan Siwa, Pinang adalah lambang Brahma.
- Diatas nya berisi reringgitan Uras sari atau wadah lengis melambangkan ketulusan hati. Kembang atau bunga yang harum dan Rampe serta boreh miyik (wangi) merupakan lambang perangsang untuk mendekatkan diri dan pikiran dengan sang pencipta alam semesta
Canang ini sedikit berbeda dengan
canang yang lain, dibagian bawahnya bisa berbentuk ceper atau taledan dan bisa
juga berbentuk bundar. Pada bagian ini terdapat kelengkapan berupa pelawa,
porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), pisang emas atau
sejenisnya, dan beras kuning yang dialasi dengan tangkih. Dapat pula ditambah
dengan burat wangi dan lenga wangi. Dan bagian atasnya di isi beragam bunga
yang dialasi uras sari atau sampian uras.
- Alas Upakara canang ini diberi hiasan Trikona seperti Tamas bentuk bundar ini melambangkan kebulatan pikiran, juga melambangkan Asta iswarya yaitu delapan dewa penguasa penjuru mata angin.
- Tambahan perlengkapan lainnya seperti tebu, kekiping, pisang emas disebut raka-raka melambangkan sanghyang Widiadara-Widiadari,
- pisang emas melambangkan Sanghyang Mahadewa,
- Tebu melambangkan Sanghyang Brahma,
- Burat wangi melambangkan Dewa Sambu,
- Uang Sesari melambangkan Saring manah yaitu inti dari pikiran dan uang juga berfungsi sebagai penebus segala kekurangan.
Canang ini dibuat dengan
menggunakan sebuah ceper atau tamas diisi tebu, pisang, buah-buahan lainnya,
berisi pula beberapa jenis jajan dan sebuah sampian yang disebut sri kekili,
dibuat dari janur berbentuk kojong diisi pelawa, porosan, serta bunga. Dalam
penggunaan canang meraka ini dapat dilengkapi dengan canang genten. Apabila
bahan – bahan perlengkapan seperti buah-buahan dan jajan-jajan diperbanyak
serta disusun sedemikian rapi disebut gebogan.
Alasnya menggunakan sebuah dulang
yang kecil. Dibagian tengah dulang dipancangkan sebatang pohon pisang yang
tidak begitu besar untuk memudahkan menancapkan bunga yang telah ditusuk dengan
lidi disusun melingkari batang pisang yang ada. Selanjutnya diisi sesrodan dari janur (bentuk hiasan dari janur yang
menggelayut kebawah disekitar sisi dulang). Adapun perlengkapan lainnya adalaj
beras kuning, air cendana, lenga wangi, burat wangi, yang masing-masing dialasi
dengan tangkih. Disamping itu terdapat pula 4 buah kojong yang berisi tembakau,
pinang, dan lekesan yakni dua lembar daun sirih yang dioleskan gambir dan kapur
kemudian digulung serta diikat benang. Dapat pula ditambah dengan beberapa
batang rokok yang ditusuk dengan lidi dasn ditancapkan pada batang pisang.
Dibagian ujung atau puncak dari batang pisang tersebut ditaruh satu atau tiga
cili janur, paku pipid dan hiasan lainnya, sehingga menambah keindahan.
Demikian pentingnya makna dan simbolis dari beberapa upakara (banten) canang. semoga artikel "Apakah Makna Dan Simbolis Tetandingan Banten Canang ?" ini bermanfaat bagi semua umat.
0 Response to "Apakah Makna dan Simbolis Tetandingan Banten Canang ?"
Post a Comment