REINKARNASI/SAMSARA
REINKARNASI/SAMSARA, Punarbawa berarti kelahiran yang berulung-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa “Penjilmaan Jiwatman yang berulung-ulang di bumiiniatau di dunia yang lebih tertinggi disebut Samsara. Kelahiran atau Punarbawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan akan diikuti oleh kelahiran” demikian pula disebutkan :
Sri Bhagawan (Tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian pula kelahiran muarjuna, semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau sendiri tidak. Parantapa. (Bh. G. IV. 5)
Atman yang masih diselubungi oleh sukma sarira dan masih terikat oleh adanya kenikmatan duniawi, menyebabkan Atman itu Awidya sehingga Ia belum bias kembali bersatu dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi). Hal ini menyebabkan Atman itu selalu mengalami kelahiran secara beruluang-ulang. Segala bentuk perilaku atau perbuatan yang dilakukan kehidupan yang lampau menyebakan adanya bekas (Wasana) dalam Jiwatman. Dan Wasana (bekas-bekas pebuatan)ini ada bermacam-macam. Jika wasana itu hanya bekas-bekas keduniawian, maka Jiwatman akan libih cendrung dan gampang ditarik oleh hal-hal keduniawian sehingga Atman itu lahir kembali.
Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik buruknya karma itu juga yang akhirnya dinikmatilah karma phalaitu, artinya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya, selesai menikmatinya, menjilmalah kembali ia. Mengikuti sifat karma phala,.Wasana berarti sangskara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal berkas-berkasnya saja yang diikuti hukumanya itu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah neraka. Adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidak lahir berakibat sesuatu apapun. Oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang dlakukan sekarang juga.
Karma dan Punarbawa ini merupakan suatu proses yang menjalin erat satu sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku. Sedang Punarbawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang terwujud dalam perjalanan tersebut. Setiap karma, yang di lakukan atas dorongan Acubhakarma akan menimbulkan dosa dan Atmaakammenga; Api neraka serta dalam Punarbawa yang akan dating akan mengalami penjilmaan dalam tingkat yang rendah, sengsara atau menderita dan bahkan dapat menjadi makluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan Cubhakarma akan mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjilma kembali akan mengalami tingkat penjilmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di dalam Weda (S.S.48), dinyatakan sebagai berikut :
Adapun perbuatan yang bodoh, senatiasa tetap berlaku menyalahi Dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitis lahir menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahiranya kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati dan tidak mengalami kesenangan. (S.S.48)
Sedangkan orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasamuscaya menyebutkan : “Adapun orang yang selalu melakukan karma baik (Cubhakarma), ia dikemudian hari akan menjilma dari Sorga, menjadi orang yang tampan (cantik), berguna berkedudukan tinggi, kaya raya dan berderjat mulia. Itulah hasil yang didapatnya sebagai hasil (phala) dari perbuatan yang baik.
Kesimpulannya dengan keyakinan akan adanya Punarbawa ini orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma yang baik, lahir menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkatkan ketaraf yang lebih tinggi.
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sunguh utama sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang), dengan jalan bebuat baik; demikian keuntungan dapat menjilma menjadi manusia. (S.S. 4)
Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjilma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan. (S. S. 6)
Diantara semua makluk hidup yang di dunia ini, manusia adalah makluk yang utama. Ia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu seseorang sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat dilahirkan menjadi manusia sekalipun manusia hina. Itulah sebabnya, maka seseorang hendaknya dapat menghargai dan menggunakan kesempatan yang amat bebahagia ini untuk membebaskan diri dari kesengsaraan dan menuju pada kebahagian yang abadi yang disebut Moksa atau kelepasan. Memang sungguh disayangkan, apabila kesempatan yang baik ini berlalu tiada makna. Kelahiran manusia dikatakan berada ditengah-tengahan sorga dan neraka. Jika kebijikan yang diperbuat maka tentulah hidupnya akan meningkat, tetapi jika dosa yang dilakukan, sudah pastilah akan jatuh ke neraka. Jadi setiap kali kelahiran sebagai manusia patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hidup kejenjang yang lebih mulia dan luhur.
0 Response to "Reinkarnasi/Samsara"
Post a Comment