PERAN ORANG TUA DALAM MENSOSIALISASI NILAI DAN NORMA AGAMA PADA ANAK
PERAN ORANG TUA DALAM MENSOSIALISASI NILAI DAN NORMA AGAMA PADA ANAK, Orang tua dalam kedudukannya sebagai guru rupaka mempunyai peran sangat besar dalam membina putra-putrinya agar menjadi anak-anak dan berbudi luhur (putra suputra) Tugas orang tua sebagaimana diatur dalam kitab suci Sarascamucaya disebutkan bahwa ada lima kewajiban orang tua yang disebut dengan panca widya yaitu :
- Ametuaken artinya mengadakan keturunan atau mlahirkan, anak yang putra suputra.
- Mangupadaya artinya menyekolahkan guna memperoleh ilmu pengetahuan sepatutnya.
- Matulung Urip artinya melindungi dari segala bencana/bahaya yang menimpa termasuk mengobati apabila sakit.
- Maweh Binojana artinya memberikan makanan secukupnya, apakah Asi, sehingga anak tumbuh dengan sehat.
- Sinangaskara artinya menyucikan baik lahir maupun batin melalui upacara keagamaan mulai dari bayi dalam kandungan (pangendongan) sampai upacara perkawinan.
Dalam niti sastra IV.21 disebutkan sebagai berikut :
Haywanglalana putra sang sujanatilak swa tanayanya pisan ing tikangwaranggana. Yapwan dikasih adanenulahaken temahan ika susila castrawan. Nityercana ring wadhujana sirang wara sujana lulut mangastuti’.Artinya :Jangan memanjakan anak, anak yang dimanjakan akan jadi jahat dan pasti ia akan menyimpang dari jalan yang betul. Bukanlah banyak orang bijaksana yang meninggalkan anaknya (perlu bertapa) apalagi istrinya. Jika kita dapat menggunakan peraturan ketertiban dan hukuman dengan seksama maka anak itu akan menjadi baik perengainya lagi berpengetahuan.Anak semacam itu akan dihormati oleh wanita dan disayangi serta dihargai oelh orang-orang baik. Dalam upaya membinan dan mendidik anak agar menjadi putra yang suputra, maka orang tua harus dapat mensosialisai nilai-nilai dan norma-norma agama sejak dini bahkan semenjak bayi masih dalam kandungan. Hal ini didasarkan pada teori dan keyakinan bahwa kondisi kejiwaan orang tua (terutama ibu) pada waktu mengandung dapat mempengaruhi anak yang sedang dikandungannya.
Dalam masyarakat hindu proses sosialisasi semacam ini (pendidikan Pranatal) sudah dikenal sejak lama. Hal ini dimaksudkan supaya bayi yang ada dalam kandungan ini hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai baik. Selanjutnya setelah bayi lahir mulai masa kanak-kanak ini adalah suatu periode yang sangat penting dalam proses sosialisasi dan oleh karena itu efektifitasnya harus ditingkatkan. Pada masa ini sosialisasi hampir seluruhnya bersumber dari Lingkungan Keluarga. Lingkungan keluarga adalah cermin sikap dan tingkah laku si anak. Kegagalan orang tua dalam menghadapi masalah-masalah dalam tahun-tahun pertama kehidupan si anak boleh jadi membawa akibat yang denan mudah dapat menjurus kepada kenalakan anak dikemudian hari. Dalam sosialisasi itu para orang tua tidak cukup hanya dengan memberikan pendidikan dan disiplin. Adapun kebutuhan-kebutuhan yang harus di perhatikan antara lain kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan kesuksesan, kebutuhan untuk ingin tahu.
Pertama-tama memang diperlukan adanya pendidikan disiplin, dalam hal ini prilaku anak-anak hendaknya mengikuti pola-pola yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sebagaimana tercantum dalam pustaka suci weda sebagai contoh : Sebelum tidur diwajibkan sembahyang tri sandya. Demikianlah sejak masa anak-anak seseorang harus dididik supaya jangan besikap iri hati, dengki, atau cemburu kepada sesamanya akan tetapi sebaliknya senantiasa harus mengabdi kepada tuhan yang maha kuasa, menjunjung tinggi kebenaran serta mencintai sesamanya dan semua mahkluk .
0 Response to "Peran Orang tua dalam mensosialisasi Nilai dan Norma Agama pada Anak"
Post a Comment