HAKEKAT KERJA DALAM PERSPEKTIF HINDU
HAKEKAT KERJA DALAM PERSPEKTIF HINDU, Umat Hindu yang meyakini adanya hukum karma tidak perlu kaget dan emosional terhadap ulah para koruptor, karena kita percaya bahwa setiap sebab akan memberi akibat. Baik perbuatannya, baik pula buah yang diterimanya dan buruk perbuatannya maka buruk pula pahala yang diterimanya. Inilah hukum alam yang bersifat abadi.
Umat Hindu meyakini walaupun para koruptor bisa lepas dan bebas dari jeratan hukum positif yang berlaku di Indonesia karena keahliannya berkelit, tetapi secara spiritual yang bersangkutan tidak akan bisa bebas dari hukum karma. Sesungguhnya dalam prosesnya yang normal, suatu karma merupakan suatu sebab yang membuahkan akibatnya yang setimpal dan seimbang. Sebagai contoh konkrit segumpal tanah liat menghasilkan sebuah genteng yang sama takarannya dengan segumpal tanah liat sebelum menjadi genteng. Sama artinya dengan hukum alam. Karena dengan tiada kerja manusia dibuat bertindak oleh hukum alam (Bhagavadgita III.4 & 5).
Perkataan “Karma” asal kata dari bahasa sansekerta “Kri” yang berarti “berbuat, bertindak, melaksanakan, bekerja.”. Segala perbuatan atau kerja adalah karma dalam artian yang luas. Apa saja yang dilakukan manusia baik lahiriah maupun batiniah, baik maupun buruk adalah karma.
Isu sentral sejak manusia diturunkan di bumi dari zaman ke zaman hingga sekarang ini adalah masalah kerja. Mengapa kita bekerja, apa yang kita kerjakan, untuk apa kita bekerja, bagaimana semestinya bekerja, adalah sederetan pertanyaan yang harus dijawab dengan benar dalam menjalani kehidupan. Bekerja merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari oleh manusia yang hidup. Antara kerja dan hidup tidak dapat dipisahkan. Manusia bekerja supaya hidup dan manusia yang hidup harus bekerja. Dalam kitab Bhagavadgita Sri Krishna bersabda sebagai berikut :
“Wahai Anagha (Arjuna), di dunia ini sejak dahulu Ku-ajarkan dua macam jalan dalam kehidupan ini, yaitu: jalan pengetahuan bagi mereka yang suka melakukan perenungan dan jalan kegiatan kerja bagi mereka yang bersemangat untuk bekerja.” (Bhagavadgita, III-3)
Eksistensi manusia diperoleh karena ia bekerja. Bekerja memuliakan manusia dan menjadikan ia bermakna dalam hidup ini. Kerja berhubungan dengan disiplin hidup. Sri Krishna dalam kitab Bhagavadgita mengajarkan manusia untuk bekerja, sebab kerja adalah sama dengan tindakan hukum. Tidak bekerja atau berhenti bekerja sama halnya melawan tindakan hukum alam. Disiplin kerja pada hakekatnya adalah bekerja yang ditujukan kepada hukum alam itu sendiri. Hukum alam dalam agama Hindu adalah Brahman. Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa. (S.Pendit:75). Menurut Bhagavadgita, kerja adalah disiplin hidup dan membuat manusia hidup disiplin.
Manusia bekerja dengan berbagai tujuan; semua pekerjaan selalu disertai motif. Ada orang bekerja untuk memperoleh nama besar. Yang lain menginginkan status social dan ia bekerja untuk mendapatkan status social itu. Yang lain menginginkan kekuasaan dan ia bekerja untuk mendapatkan kekuasaan. Yang lain lagi menginginkan untuk mencapai sorga dan ia bekerja keras untuk mencapainya. Demikian banyak tujuan orang bekerja di dunia ini.
Bekerja yang benar itu adalah bekerja yang sesuai dengan swadharma (tugas dan kewajiban) masing-masing. Swadharma tukang jahit pakaian adalah menjahit pakaian dengan baik sesuai dengan pesanan, sehingga si pemesan menjadi puas. Swadharma seorang professor adalah mendidik dan mengajar dengan baik dihadapan mahasiswanya, tidak boleh bolos dan tidak boleh bohong (ngapusi) mahasiswanya. Dengan demikian nilai manusia sebenarnya ditentukan bukan dari jenis pekerjaannya tapi kualitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya itu. Kalau ada pejabat pemerintahan, pegawai negeri, pegawai swasta dan masyarakat yang korupsi, itu berarti melanggar swadharmanya masing-masing. Tentang kewajiban untuk bekerja dan manfaat dari kegiatan kerja, kitab Bhagavadgita III-8 menyatakan sebagai berikut:
“Niyatam kuru karma twam karma jyayo hyakarmanah,
Sarira-yatrapi ca te na prasidhyed akarmanah.”
Artinya :
Bekerjalah seperti yang sudah diperuntukkan bagimu,
Karena kegiatan kerja lebih baik dari tak kerja,
Dan memelihara kehidupan fisik sekalian
Tak dapat dilakukan tanpa kegiatan kerja
0 Response to "Hakekat Kerja Dalam Perspektif Hindu"
Post a Comment