loading...

Indra Brata dalam Pembangunan

Indra Brata Dalam Pembangunan




INDRA BRATA DALAM PEMBANGUNAN, Wiracarita Ramayana digubah oleh pujangga besar indonesia dijaman dulu yaitu Mpu Yogiswara pada tahun 925 M sudah tua umurnya tetapi mudah-mudahan masih ada gunanya dalam masa pembangunan ini. Indra Brata adalah salah satu sloka yang pertama dari 8 sloka yang dinamai Asta Brata yang ada pada surgha XXIV ramayana itu. Kata ASTA berarti DELAPAN dan BRATA antara lain berarti DELAPAN TUGAS KEWAJIBAN, AZAS/LAKU UTAMA, KETEGUHAN HATI. Karena pada kata brata ini mempunyai sedikitnya tiga arti yang semuanya tepat dalam hubungan maksud istilah ini, ajaran asta brata ini tercantum dalam buku Wiracarita (epos) ramayana jawa kuno gubahan pujangga besar Yogiswara pada sargha XXIV Sloka 52-60.

Ajaran ini disampaikan oleh Sri Rama kepada Sang Wibhisana pada waktu sri rama telah dapat menaklukan kerajaan alengka pura. Beliau mengalahkan raja rawana dalam pertarungan sengit pada perang tanding yang berarkhirnya dengan tewasnya raja Rawana, Sri Rama ingin menyerahkan kerajaan Alengka kepada ahli warisnya yang masih hidup, Pangeran Wibhisana. Betapa pun sakit hati Pangeran Wibhisana terhadap kakaknya Raja Rawana yang telah mengusirnya dari kerajaan Alengka, betapapun kesal hatinya terhadap kakaknya yang dianggapnya bersalah melanggar norma kesusilaan dengan menculik dewi Sita, permaisuri Rama. Namun wafatnya raja Rawana adaalh suatu kejadian yang sangat menyedihkan hatinya, walaupun sebelumnya kejadian ini sudah diperkirakan olehnya. Apalagi kakaknya yang kedua yaitu Kumbakarna telah pula meninggalkannya, gugur di medan laga sebagai putra sejati dari sebuah kerajaan yang berpegang teguh sampai akhir hayatnya kepada prinsip “Benar atau salah, negara ini adalah negaraku yang harus kubela dan ku pertahankan sampai titik darah penghabisan”. kehancuran kerajaan Alengka adalah kehancuran yang menggundahkan perasaan Pangeran Wibhisana tidak rela. Kematian kedua saudara tuanya adalah kematian yang merenyuhkan hatinya. Hal ini menyebabkan Pangeran Wibhisana tidak rela menerima permintaan Sri rama agar ia mau menduduki tahta kerajaan yang ditinggalkan kedua kakaknya. Ia tidak ingin menikmati kehidupan diatas reruntuhan negaranya. Tetapi demi kelangsungan hidupnya dan eksistensi kerajaan Alengka yang pernah jaya itu Sri Rama mendesak agar Pangeran Wibhisana bersedia melanjutkan kepemimpinan kakaknya. Diharapkan membina rakyatnya Alengka dengan gaya dan corak yang lebih baik dari kakaknya. Memerintah dengan kepemimpinan yang dituntun oleh ajaran agama, antara lain ajaran Asta Brata.

Nasehat sri rama dalam bentuk asta brata itu hanya ditujukan olehnya kepada pengeran wibhisan dalam memimpin kerajaan alengka. Tetapi pada hekekatnya ajaran itu tidak hanya bagi pengeran wibhisana dan tidak hanya untuk memimpin kerajaan alengka. Ajaran itu dapat juga diperlakukan oleh setiap orang yang hendak memimpin apa saja dan dimana saja serta kapan saja setelah disesuaikan dengan desa, kala, patra yaitu disesuaikan dengan tempat, waktu, dan keadaan yang dihadapi. Dengan demikian sebagai seseorang pemimpin, ajaran asta brata ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pegangan dalam mensukseskan mission dalam hidup ini. Antara lain ikut menciptakan kesejahteraan dan kedamaian yang menyeluruh lahir bathin dibidangnya masing-masing. Ajaran asta brata dari agama hindu ini hanyalah merupakan salah satu pegangan dan bukan satu-satunya pegangan karena pegangan-pegangan lainya masih banyak ada baik didalam agama hindu sendiri didalam agama hindu sendiri maupun didalamagama lainnya. Ajaran yang perlu kita gali, kita persembahkan kepada bangsa dan negara kita yang sedang berada dalam era pembangunan di segala bidang dan khusunya didalam pelita yang akan datang yang menekannkan pembangunan dalam mewujudkan keadilan sosial. Di dalam hal ini kami tertarik akan pendapat Prof. Dr. Mubyarto yang mengatakan : berjalannya sistem ekonomi (apapun namanya) tidak terlepas dari manusia-manusia pelakunya. Dalam keadaan masyarakat kita yang bersifat majemuk, nampaknya pembahasan masalah keadilan sosial, perlu lebih dikaitkan pada masalah pendidikan moral dan agama, dan bukan hanya masalah sistem ekonomi dan struktur sosial. Ajaran asta brata yang penulis sajikan ini masih ada arti dan gunanya pada masa ini karena ia ditulis di indonesia oleh pujangga besar yogiswara pada tahun 925 M. Dalam kekawin ramayana sargah (bab) XXIV Sloka (bait) 52 pujangga yogiswara menuliskab sebagai ungkapan permulaan dari delapan aik syair yang mengandung ajaran asta brata itu sebagai berikut :

hyang indra yama surya candra-anila,
Kuwera baruna-agni nahan bhupati,
Sira ta maka angga sang bhupati,
Matang nira inisti astabrata

Artinya: 
(brata dewa indra, yama, surya (matahari) candra (bulan) anila (angin), kuwera, baruna, dan agni (api) adalah delapan (brata) yang bernama asta brata yang seharusnya dihayati oleh seseorang pemimpin agar meresap dalam jiwa raganya.

Dengan demikian kata dewa berarti ia yang mempunyai sinar atau memberi sinar atau merupakan sinar (nur) dari hyang widhi (ilahi). Setiap dewa ini mempunyai sifat, tugas, kekuasaan dan kemampuannya masing-masing sebagai percikan dari kemahakuasaan tuhan yang maha esa. Kedelapan dewa tersebut masing-masing mempunyai sifat, kekuasaan dan tugasnya sendiri patut dipakai tauladan oleh seorang pemimpin. 

Disebutkan bahwa hyang indra sebagai dewa hujan. ia mempunyai kekuasaan dan tugas untuk menghujani rakyat dengan sudana, pemberian yang baik. Dalam agama hindu istilah DANA (pemberian) tidak hanya berarti pemberian harta benda (ARTHA DANA) tetapi juga pemberian perlindungan dari bahaya (ABHAYA DANA) serta pemberian pengetahuan (BRAHMA DANA). Sehingga dengan demikian seorang pemimpin harus memikirkan dan menghujani mereka yang dipimpinnya dengan memenuhi kebutuhan mereka dibidang materi  (sandang, pangan, papan). Juga memberikan perlindungan dari bahaya, memberikan rasa aman, menciptakan situasi keamanan yang mantap, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya dengan tidak ada kekhawatiran sekali baik terhadap bahaya dari luar maupun yang ada di lingkungan sendiri.  

Tugas dewa indra ialah menghujani kemakmuran, kesejahteraan lahir batin pada rakyat. Disamping itu, sebagai sifat air hujan itu sendiri, sang pemimpin hendaknya dapat menyejukan suasan kehidupan serta hati sanubari setiap bawahanya. Seorang pemimpin tidak boleh membiarkan hati sanubari dan kehidupan rakyat atau bawahanya menjadi gersang apalagi sampai kering kepanasan karena tidak pernah mendapatkan gerimisnya “hujan pemberian” sebagai tersebut diatas. Sebagai juga kodrat dari air hujan itu sendiri yang jalannya pasti kebawah, hendaknya pemimpin meniru kodrat itu, yaitu menyampaikan kesejukan, menyampaikan pemberian itu, tidak hanya sampai ke tingkat atas saja tetapi harus juga sampai ke tingkat yang paling bawah dan malah kalu bisa tingkat yang paling bawah itulah yang seharusnya dapat paling banyak, dengan cara menghindarkan adanya kebocoran-kebocoran atau penyelewengan-penyelewengan di tingkat atas. Disamping penyampaian segalanya itu supaya sampai kebawah, hendaknya juga perhatian dan pengalaman pribadi supaya sampai juga kebawah yaitu dengan seringnya pemimpin turun kebawah, turun kemasyarakat. Tidak hanya menerima laporan di atas meja sambil duduk dikursi yang empuk. Sebagai juga sifat hujan yang bisa menghanyutkan segala yang menghadang, bendungan-bendungan atau hambatan-hambatan yang tidak teratur, yang diciptakan atau dibuat di luar ketentuan yang berlaku. Karena itu, pemimpin atau pemerintah hendaknya selalu memberi peringatan kepada semua pihak bahwa pemerintah akan bisa bertindak sebagai banjir menghantam mereka yang menghambat atau membendung jalannya pemerintahan.

Jadi dasarnya sifat, tugas dan kekuasaan dewa Indra yang perlu diikuti ialah :
  1. “Menghujani” dengan tiga macam pemberian (dana) di atas : materi, pendidikan, keamanan.
  2. Menyejukan hati dan suasan masyarakat
  3. Menyampaikan segala pemberian dan perhatian sampai kebawah 
  4. Menghanyutkan segala rintangan dan hambatan yang dapat membahayakan.

Inilah hakekat dari Indra Brata, brata kepertama dari Asta Brata.

0 Response to "Indra Brata dalam Pembangunan"