Arti dari Tirta, Bija dan Dharmawacana Bagi Umat Hindu
ARTI DARI TIRTA, BIJA DAN DHARMAWACANA BAGI UMAT HINDU, merupakan suatu kewajaban sebagai umat Hindu. “ Di antara semua makluk hidup, hanya yang dilahirkn menjadi manusia yang dapat melakukan perbuatan baik atau buruk, leburlah segala perbuatan buruk menjadi perbuatan baik, demikianlah gunanya menjadi manusia “ (Sarasamusccaya 2)
Manusia dan Binatang.
Dari kelengkapan fisik manusia dan binatang hampir sama. Bahkan ada binatang yang bagian tubuh dan bentuk wajahnya sangan mirip manusia. Seperti manusia, binatang memiliki tubuh, lengkap dengan hati dan otak. Bedanya, dalam otak manusia ada akal, kemampuan berpikir, yang berfungsi untuk menuntun hidup manusia. Dengan akal itu manusia menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempermudah hidupnya. Dengan akal juga manusia mempertanyakan hal-hal paling mendasar dari hidupnya, misalnya siapa sesungguhnya aku ini ? Kemana Kita pergi dari dunia ini?Dalam hati manusia terdapat rasa, gairah atau semaangat yang berfungsisebai pendorang hadup. Kedua hal itu tidak ada dalam otak dan hati binatang.
Antaryamin : Kaca yang bersih
Dan menurut keyakinan Hindu dalam hati manusia terdapat gua rahasia di mana atman kita bersemayam. Ia menjadi saksi atas semua perbuatan-perbuatan bahkan pikiran kita. Ia disebut “ Antaryamin ‘ dari gua rahasia itu, dengan suaranya yang halus dan lembut, ia sering mengingatkan kita mengenai apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang patut dan yang tidak patut, yang benar dan ysang tidak salah. Suara yang halus dan lembut itu juga disebut “ Kata hati” suara hati atau hati nurani. Ada pula yang disebutnya sebagai kaca yang memantulkan cahaya kebenaran Tuhan. Mahatma Gandhi mengatakan bila akalnya sudah buntu, ia sering mengikuti suara halus dan lembut yang datang dari gua rahasia dalam hatinya. Suara hati itu tidak pernah menipu manusia. Tepi suara yang halus hanya bisa kita dengar bila hati kita bersih. Bila hati kita kotor, suara lembut itu tidak bisa kita dengar. Seperti radio yang ditimbuni lumpur, suaranya tidak akan kedengaran. Bahkan tidak ada suaranya karena tidak mampu menangkap gelombang yang dipancarkan oleh Stasiun pemancar. Cermin yang ditutup debu tidak akan mampu memantulkan cahaya. Dalam Mandaka Upanisad dikatakan bahwa “ Jiwa yang ada dalam badan, murni dan bercahaya, itu diperoleh dengan memelihara kebenaran, hidup sederhana dan bersih dan pengetahuan yang benar (3, 1, 5). Dan bahwa” seluruh pikiran manusia diliputi oleh indriya. Ketika pikiran dibersihkan, Jiwa akan bercahaya” (3, 1, 9).
Naluri, Nalar Dan Nurani
Kemampuan-Kemampuan yang ada dalam hati dan otak manusia tidak demiliki oleh binatang. Binatang hanya diberikan Naluri, yang berkaitan dengan rasa lapar dan keinginan pada lawan jenis untuk meneruskan keturunan. Manusia diberikan Naluri, Nurani dan Nalar. Karena Manusia manusia diberikan kemampuan lebih, manusia juga dibebani dengan kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar. Binatang hanya tundukkepada hukum alam (Rta). Manusia tunduk kepada hukum alam dan hukum karma. Tindakan kita menjadi obyek penilaian etika dan moral. Burung bisa terbang karena hukum alam. Manusia bisa terbang karena usahanya yang keras untuk menciptakan alat yang mampu menerbangkannya. Perbuatan binatang tidak bisa dinilai baik atau buruk, benar atau salah. Karena binatang tidak mempunyai akal sn nurani untuk mempertimbangkan perbuatannya. Sedangkan otak manusia bisa memikirkan hal-hal yang baik, bisa juga mikirkan yang buruh. Hati manusia menimbulkan kebencian, kemarahan, keserakahan dan kecemburuan. Dalam diri manusia ada dua kecendrungan atau sifat, yaitu kecendrungan kedewataan (Daiwi sampat) dan Kecendrungan Keraksasaan (Asuri Sampad). Dengan kata lain perbuatan kita bisa mengangkat kita kepada kemulyaan. Bisa juga menjatuhkan kita kedalam kehinaan dan penderitaan. Tergantung kecendrungan atau sifat mana yang lebuh kuat menguasi kita.Lalu apa yang harus dilakukan supaya kita tetap pada sifat-sifat kedewataan, supaya tindakan kita mengangkat kita kepada kebaikan dan kemulyaan?
Tiga Cara Pembersihan
Dalam Agama kita ada tiga jalan yang disediakan untuk membersihkan pikiran, hati,dan tidakan kita.
Cara untuk membersihkan Pikiran, adalah dengan mendengarkan orang membaca kitab suci, kemudian mempelajari kitab suci (sravana). Cara ini disebut Jnana Yoga atau jalan Pengetahuan.
Cara untuk membersihkan Hati adalah dengan mendengarkan atau menyanyikan kidung-kidung keagamaan, mengucapkan nama-nama Tuhan secara berulung-ulang (Japa) Cara ini disebut Bhakti Yoga atau jalan cinta kasih. Puncak dari bhakti adalah prajapati atau penyerahan total kepada Tuhan. Kata mebakti yang kita gunakan untuk sembahyang, yang di India disebut ‘Puja’ tampaknya berasal dari kata ‘bhakti’ dalam tahap prajapati yaitu Penyerahan total kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Cara untuk memurnikantindakan disebut Karma Yoga. Kerja membuat badan srhat, hidup kita sejahtera,. Dengan kerja kita menghidupi diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita. Kerja yang utama disebut Niskama Karma, adalah kerja yang tidak memtingkan diri sendiri, yang memberi, kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang.
Dengan mempraktekkan ketiga yoga itu maka naluri kita akan dibimbing oleh suara hati yang jrnih dan pikiran yang bijaksana. Dan pada giliranya, keduanya membimbing kepada kesejahteraan dan kemulyaan di dunia ini. Dan Kebahagiaan abadi di dunia setelah kematian. Moksha, bersatunya jiwa kita dengan tuhan.
Nilai Praktis Yoga
Nilai praktis dari yago juga dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita mengetahui apa yang kita kerjakan, cara dan tujuan, maka kita akan dapat menyelesaikan pekerjaan itu lebih cepat. Bila kita mencintai pekerjaan itu, maka proses kerja itu sendiri akan memberi kebahagiaan kepada kita. Dan Pekerjaan yang dilakukan dalam kebahagiaan akan memberi hsil yang maksimal. “Taruhlah hati, pikiran, intlek dan jiwa anda pada setiap pekerjaan bahkan pada perbutan yang paling kecil sekalipun. Itulah rahasia sukses” Demikian dikatakan oleh Swami Sivananda. Dalam setiap persembahyangan kita mengharapkan untuk mendapatkan tiga hal, yaitu tirtha, bija, dan dharmawacana. Tirta untuk membersihkan dan mendamaikan hati kita. Bija untuk kesejahteraan phisik kita. Dan Dharmawacana untuk menerangi pikiran, memperluas wawasan kita. Dengan itu kita menjadi manusia yang damai dan sejahtera, yang membawa kedamaian dan kesejahteraan lingkungannya. Itulah gunanya menjadi manusia. Itulah kekuatan manusia Hindu.
Manusia dan Binatang.
Dari kelengkapan fisik manusia dan binatang hampir sama. Bahkan ada binatang yang bagian tubuh dan bentuk wajahnya sangan mirip manusia. Seperti manusia, binatang memiliki tubuh, lengkap dengan hati dan otak. Bedanya, dalam otak manusia ada akal, kemampuan berpikir, yang berfungsi untuk menuntun hidup manusia. Dengan akal itu manusia menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempermudah hidupnya. Dengan akal juga manusia mempertanyakan hal-hal paling mendasar dari hidupnya, misalnya siapa sesungguhnya aku ini ? Kemana Kita pergi dari dunia ini?Dalam hati manusia terdapat rasa, gairah atau semaangat yang berfungsisebai pendorang hadup. Kedua hal itu tidak ada dalam otak dan hati binatang.
Antaryamin : Kaca yang bersih
Dan menurut keyakinan Hindu dalam hati manusia terdapat gua rahasia di mana atman kita bersemayam. Ia menjadi saksi atas semua perbuatan-perbuatan bahkan pikiran kita. Ia disebut “ Antaryamin ‘ dari gua rahasia itu, dengan suaranya yang halus dan lembut, ia sering mengingatkan kita mengenai apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang patut dan yang tidak patut, yang benar dan ysang tidak salah. Suara yang halus dan lembut itu juga disebut “ Kata hati” suara hati atau hati nurani. Ada pula yang disebutnya sebagai kaca yang memantulkan cahaya kebenaran Tuhan. Mahatma Gandhi mengatakan bila akalnya sudah buntu, ia sering mengikuti suara halus dan lembut yang datang dari gua rahasia dalam hatinya. Suara hati itu tidak pernah menipu manusia. Tepi suara yang halus hanya bisa kita dengar bila hati kita bersih. Bila hati kita kotor, suara lembut itu tidak bisa kita dengar. Seperti radio yang ditimbuni lumpur, suaranya tidak akan kedengaran. Bahkan tidak ada suaranya karena tidak mampu menangkap gelombang yang dipancarkan oleh Stasiun pemancar. Cermin yang ditutup debu tidak akan mampu memantulkan cahaya. Dalam Mandaka Upanisad dikatakan bahwa “ Jiwa yang ada dalam badan, murni dan bercahaya, itu diperoleh dengan memelihara kebenaran, hidup sederhana dan bersih dan pengetahuan yang benar (3, 1, 5). Dan bahwa” seluruh pikiran manusia diliputi oleh indriya. Ketika pikiran dibersihkan, Jiwa akan bercahaya” (3, 1, 9).
Naluri, Nalar Dan Nurani
Kemampuan-Kemampuan yang ada dalam hati dan otak manusia tidak demiliki oleh binatang. Binatang hanya diberikan Naluri, yang berkaitan dengan rasa lapar dan keinginan pada lawan jenis untuk meneruskan keturunan. Manusia diberikan Naluri, Nurani dan Nalar. Karena Manusia manusia diberikan kemampuan lebih, manusia juga dibebani dengan kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar. Binatang hanya tundukkepada hukum alam (Rta). Manusia tunduk kepada hukum alam dan hukum karma. Tindakan kita menjadi obyek penilaian etika dan moral. Burung bisa terbang karena hukum alam. Manusia bisa terbang karena usahanya yang keras untuk menciptakan alat yang mampu menerbangkannya. Perbuatan binatang tidak bisa dinilai baik atau buruk, benar atau salah. Karena binatang tidak mempunyai akal sn nurani untuk mempertimbangkan perbuatannya. Sedangkan otak manusia bisa memikirkan hal-hal yang baik, bisa juga mikirkan yang buruh. Hati manusia menimbulkan kebencian, kemarahan, keserakahan dan kecemburuan. Dalam diri manusia ada dua kecendrungan atau sifat, yaitu kecendrungan kedewataan (Daiwi sampat) dan Kecendrungan Keraksasaan (Asuri Sampad). Dengan kata lain perbuatan kita bisa mengangkat kita kepada kemulyaan. Bisa juga menjatuhkan kita kedalam kehinaan dan penderitaan. Tergantung kecendrungan atau sifat mana yang lebuh kuat menguasi kita.Lalu apa yang harus dilakukan supaya kita tetap pada sifat-sifat kedewataan, supaya tindakan kita mengangkat kita kepada kebaikan dan kemulyaan?
Tiga Cara Pembersihan
Dalam Agama kita ada tiga jalan yang disediakan untuk membersihkan pikiran, hati,dan tidakan kita.
Cara untuk membersihkan Pikiran, adalah dengan mendengarkan orang membaca kitab suci, kemudian mempelajari kitab suci (sravana). Cara ini disebut Jnana Yoga atau jalan Pengetahuan.
Cara untuk membersihkan Hati adalah dengan mendengarkan atau menyanyikan kidung-kidung keagamaan, mengucapkan nama-nama Tuhan secara berulung-ulang (Japa) Cara ini disebut Bhakti Yoga atau jalan cinta kasih. Puncak dari bhakti adalah prajapati atau penyerahan total kepada Tuhan. Kata mebakti yang kita gunakan untuk sembahyang, yang di India disebut ‘Puja’ tampaknya berasal dari kata ‘bhakti’ dalam tahap prajapati yaitu Penyerahan total kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Cara untuk memurnikantindakan disebut Karma Yoga. Kerja membuat badan srhat, hidup kita sejahtera,. Dengan kerja kita menghidupi diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita. Kerja yang utama disebut Niskama Karma, adalah kerja yang tidak memtingkan diri sendiri, yang memberi, kebaikan bagi sebanyak-banyaknya orang.
Dengan mempraktekkan ketiga yoga itu maka naluri kita akan dibimbing oleh suara hati yang jrnih dan pikiran yang bijaksana. Dan pada giliranya, keduanya membimbing kepada kesejahteraan dan kemulyaan di dunia ini. Dan Kebahagiaan abadi di dunia setelah kematian. Moksha, bersatunya jiwa kita dengan tuhan.
Nilai Praktis Yoga
Nilai praktis dari yago juga dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita mengetahui apa yang kita kerjakan, cara dan tujuan, maka kita akan dapat menyelesaikan pekerjaan itu lebih cepat. Bila kita mencintai pekerjaan itu, maka proses kerja itu sendiri akan memberi kebahagiaan kepada kita. Dan Pekerjaan yang dilakukan dalam kebahagiaan akan memberi hsil yang maksimal. “Taruhlah hati, pikiran, intlek dan jiwa anda pada setiap pekerjaan bahkan pada perbutan yang paling kecil sekalipun. Itulah rahasia sukses” Demikian dikatakan oleh Swami Sivananda. Dalam setiap persembahyangan kita mengharapkan untuk mendapatkan tiga hal, yaitu tirtha, bija, dan dharmawacana. Tirta untuk membersihkan dan mendamaikan hati kita. Bija untuk kesejahteraan phisik kita. Dan Dharmawacana untuk menerangi pikiran, memperluas wawasan kita. Dengan itu kita menjadi manusia yang damai dan sejahtera, yang membawa kedamaian dan kesejahteraan lingkungannya. Itulah gunanya menjadi manusia. Itulah kekuatan manusia Hindu.
0 Response to "Arti dari Tirta, Bija dan Dharmawacana Bagi Umat Hindu"
Post a Comment