MAKNA DAN FILOSOFIS
PENJOR BAGI UMAT HINDU
MAKNA DAN FILOSOFIS PENJOR BAGI UMAT HINDU, Penjor adalah sebatang bambu utuh dari pangkal hingga ujung yang dihias dengan
pucuk enau atau janur yang diukir. Pada batang bambu tersebut juga digantungkan
berbagai jenis hasil bumi yakni padi, pala bungkah (umbi-umbian), pala gantung
(kelapa, mentimun, pisang, nanas), pala wija (jagung), kue dan tebu. Pada ujung
bambu, digantungkan sampyan, yakni sebuah rakitan janur berbentuk seperti cupu
dengan beraneka bunga dan porosan di dalamnya. Porosan adalah setangkup sirih
pinang yang dikemas dengan potongan janur sepanjang ruas jari. Sebagai
pelengkap, pada lengkungan penjor juga digantungkan dua lembar kecil kain
berwarna putih dan kuning serta sebelas uang kepeng.
Penjor merupakan sarana
upacara yang biasanya ditancapkan di depan rumah penganut Hindu di Bali
terutama pada Hari raya Galungan – Kuningan. Penjor juga menjadi kelengkapan
pada upacara-upacara besar di Pura. Sebagai sarana upacara, penjor dilengkapi
dengan lamak, yaitu semacam taplak panjang dari daun enau yang dirajut dengan
lidi bambu. Penjor juga dilengkapi dengan Sanggah yaitu rajutan bambu berbentuk
bujur sangkar dengan atap melengkung (oval).
Secara filosofis penjor merupakan simbol dari gunung yang diyakini oleh
umat Hindu di Bali sebagai tempat berkumpulnya fibrasi kesucian dari Hyang
Widhi (Tuhan). Penjor juga menggambarkan sosok sepasang naga pemberi
keselamatan (Naga Basuki) dan pemberi kehidupan (Naga Ananta Bhoga) yang
merupakan simbol personifikasi dari Pertiwi atau tanah. Jadi, pemasangan penjor
dimaksudkan sebagai wujudkan rasa bakti dan ucapan berterima kasih kepada Tuhan
atas kemakmuran yang dilimpahkanNya.
Disamping
itu, Penjor merupakan
salah satu sarana upakara dalam hari Raya Galungan. Penjor adalah
simbol dari naga basuki, dimana Basuki berarti kesejahteraan dan kemakmuran. Maka
dari itu bahan-bahan untuk penjor banyak berasal dari hasil pertanian, seperti
plawa (daun-daunan), palawija (biji-bijian seperti padai atau jagung), pala
bungkah (umbi-umbian), pala gantung (kelapa, pisang, mentimun). Keberadaan
bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya
masing-masing. Berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan :
“Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun,
Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya
Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan
Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa
Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa
Nadha”
Artinya : Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan
yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang
Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi
sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi, widhi
widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya,
Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang
parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol
dari Ong Kara.
“Sang Hyang Iswara Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala
(buah-buahan), Hyang Brahma Meraga Sarwa Sesanganan (bambu & jajanan),
Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa Meraga Ruaning Gading ( janur
kuning), Hyang Sangkara Meraga Phalem (buah pala), Hyang Sri Dewi Meraga Pari
(padi), Hyang Sambu Meraga Isepan (tebu), Hyang Mahesora Meraga Biting
(semat).”
Dari petikan bait lontar di atas dapat disimpulkan
bahan-bahan pembuat penjor antara lain :
a)
Bambu
b)
Plawa (dedaunan)
c)
Palawija
(biji-bijian seperti padi dan jagung)
d)
Palabungkah
(umbi-umbian)
e)
Palagantung
(kelapa, pisang, timun)
f)
Senganan
(Jajanan)
g)
Uang
kepeng/logam 11 biji
h)
Sanggar Ardha
Candra simbol dari Ong Kara.
i) Sampian penjor
yang berisi porosan (tembakau, daun sirih, kapur, buah pinang, buah gambir) dan
bunga.
Tafsir lain berdasarkan lontar “Tutur Dewi Tapini”, yaitu lontar yang
menjadi acuan dalam membuat sesajen untuk upacara keagamaan di Bali,
menyebutkan simbol-simbol dalam lontar adalah sebagai berikut :
a)
Bambu (dan kue)
sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma
b)
Kelapa sebagai
simbol vibrasi Dewa Rudra
c)
Kain Kuning dan
Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa
d) Daun-daunan
(plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara.
e)
Pala bungkah dan
pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu.
f)
Tebu sebagai
simbol vibrasi Dewa Sambu.
g)
Padi sebagai
simbol vibrasi Dewi Sri
h)
Kain putih
sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara..
i)
Sanggah sebagai
simbol vibrasi Dewa Siwa.
j)
Upakara sebagai
simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa.
k) Semua Dewa tersebut merupakan
personifikasi (manifestasi) dari kekuatan-kekuatan Tuhan Yang Maha Esa
(Brahman).
0 Response to "Makna dan Filosofis Penjor Bagi Umat Hindu"
Post a Comment