Setiap Tahun pada hitungan penanggal kesatu sasih kedasa Hindu merayakan Nyepi yang merupakan pergantian Tahun Baru Saka, berselisih 78 Tahun dengan Tahun Masehi. Pelaksanaan Hari Raya Nyepi dengan seluruh rangkaian ritualnya merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat hindu yang ujungnya bermuara pada Satyam, Siwam, dan Sundaram. Upacara Melasti dan Tawur Agung/Mecaru adalah dialog spiritual manusia dengan alam semesta dan Tuhan dengan segala manifestasinya kemudian saat tapa brata penyepian adalah dialog spiritual sang diri sejati (Sang Atman) dengan Sang Pencipta (Paramatman) Ida Sang Hyang Widhi Wasa, selanjutnya Ngembak Geni dengan Dharma Santhi nya adalah dialog spiritual antar sesama manusia yang kesemuanya itu merupakan pengejawantahan dari ajaran Tri Hita Karana.
Pelaksanaan upacara ritual Melasti dimaksudkan sebagai upaya penyucian/pembersihan alam semesta (Bhuwana Agung) dan diri sendiri ( Bhuwana Alit) dengan harapan alam semesta beserta seluruh umat manusia dianugrahi keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Upacara berikutnya yang dilaksanakan satu hari sebelum puncak Hari Raya Nyepi adalah Tawur Agung/Mecaru untuk menjaga keseimbangan alam semesta sehingga terwujudnya harmoni dan kedamaian.
Puncak Perayaan Nyepi adalah pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang merupakan puncak keheningan dan penyucian jiwa yakni :
1. Amati Geni
Artinya tidak menyalakan api atau penerangan dan secara non fisik dimaksudkan untuk mengendalikan api dalam diri agar tidak membakar dan menghanguskan diri sendiri.
2. Amati Karya
Artinya sebagai tidak melakukan pekerjaan fisik yang bersifat rutin dalam kehidupan sehari-hari diganti dengan kegiatan rohani dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, samadhi yang lebih mengarah pada kegiatan perenungan diri.
3. Amati Lelungan
diartikan sebagai tidak berpergian secara fisik dalam kaitannya dengan kegiatan rutin keseharian, diganti dengan kegiatan perjalanan jauh ke dalam diri dalam upaya kita untuk mencari kesadaran jiwa, lebih sebagai introspeksi diri dengan pengakuan jujur untuk menemukan perilaku yang salah dan benar dimasa lalu untuk perbaikinya kedepan.
4. Amati Lelanguan
yang diartikan sebagai tidak menikmati hiburan atau bersenang-senang yang dipahami sebagai sebuah pesan agar kita tidak terperangkap dalam kemelekatan suka ataupun duka secara berlebihan yang acapkali menggoda dan senantiasa ingin menguasai hati dan pikiran kita dalam kehidupan keseharian kita.
Puncak Keheningan Membasuh Nurani
Perayaan Tahun Baru Saka bagi umat Hindu sangat berbeda dengan perayaan pergantian tahun baru masehib yang biasanya dimeriahkan dengan berbagai pesta dan hiburan yang sangat semarak dan gegap gempita diberbagai belahan dunia dengan gemerlapnya beraneka ragam jenis petasan yang memekakan telinga serta warna warni indah kembang api menghiasi angkasa. Pelaksanaan pergantian tahun saka berbanding terbalik dengan perayaan itu dimana perayaan nyepi sangat kental diwarnai dengan keheningan untuk memberikan ruang bagi jiwa kita untuk melakukan perenungan tentang perjalanan panjang kehidupan yang telah kita lalui hingga saat ini, apakah kita sudah melangkah di jalan dharma, jalan kebenaran? ataukah kita masih lebih banyak terungkap dalam kemelekatan semu yang sejatinya tidak mendamaikan jiwa?. Apakah kita sudah melaksanakan ajaran etika yang harus senantiasa dipedomani oleh umat hindu dalam kehidupan kesehariannyakni Tri Kaya Parisudha untuk selalu berfikir yang baik dan benar (Manacika), berkata yang baik dan benar (Wacika), serta berbuat yang baik dan benar (Kayika) ataukah sebaliknya kita masih sering terbelenggu oleh sifat angkara yang menafikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran?.
Dalam keheningan kita wajib membasuh nurani sampai bersih melalui perenungan sebagai upaya introspeksi diri dengan pengukuran dan pengakuan diri yang jujur, kemudian mengemasnya dalam untaian harapan agar disisa perjalanan kehidupan kita kedepan akan mampu berbuat baik dan lebih baik lagi setiap harinya. Kesadarab diri untuk penyucian dan pembersihan jiwa adalah sebuah langkah cerdas yang harus dilakukan oleh setiap manusia agar setiap anak tangga kehidupan yang harus kita lalui hingga akhir kehidupan kita akan memberi makna kebajikan bukan hanya untuk diri sendiri namun juga bagi orang lain dan lingkungan kita.
Ketika kehidupan keseharian kita pada era global dan modern seperti saat ini yang penuh dengan berbagai keinginan, persaingan dan menonjolnya rasa keakuan dalam berbagai bidang, tentu saja hal itu akan menguras begitu banyak tenaga dan pikiran kita untuk mewujudkan kemenangan dan keinginan kita itu sehingga terkadang kita kehabisan waktu dan kehilangan ruang untuk memberikan sentuhan nilai-nilai spiritual sebagai pengendali dan penyeimbangnya. Dengan kondisi itu maka perayaan nyepi menjadi sebuah momentum yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kita berhenti sejenak dari rutinitas yang cukup melelahkan bahkan terkadang membosankan guna memberikan ruang dan waktu bagi nilai-nilai spiritual yang sering terabaikan untuk membersihkan hati dan pikiran kita sehingga kedepan dalam menapaki setiap tangga kehidupan kita akan mewarnainya dengan nilai-nilai kebajikan yang membuat perjalanan hidup kita akan menjadi lebih bermakna.
Dalam keheningan kita wajib membasuh nurani sampai bersih melalui perenungan sebagai upaya introspeksi diri dengan pengukuran dan pengakuan diri yang jujur, kemudian mengemasnya dalam untaian harapan agar disisa perjalanan kehidupan kita kedepan akan mampu berbuat baik dan lebih baik lagi setiap harinya. Kesadarab diri untuk penyucian dan pembersihan jiwa adalah sebuah langkah cerdas yang harus dilakukan oleh setiap manusia agar setiap anak tangga kehidupan yang harus kita lalui hingga akhir kehidupan kita akan memberi makna kebajikan bukan hanya untuk diri sendiri namun juga bagi orang lain dan lingkungan kita.
Ketika kehidupan keseharian kita pada era global dan modern seperti saat ini yang penuh dengan berbagai keinginan, persaingan dan menonjolnya rasa keakuan dalam berbagai bidang, tentu saja hal itu akan menguras begitu banyak tenaga dan pikiran kita untuk mewujudkan kemenangan dan keinginan kita itu sehingga terkadang kita kehabisan waktu dan kehilangan ruang untuk memberikan sentuhan nilai-nilai spiritual sebagai pengendali dan penyeimbangnya. Dengan kondisi itu maka perayaan nyepi menjadi sebuah momentum yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kita berhenti sejenak dari rutinitas yang cukup melelahkan bahkan terkadang membosankan guna memberikan ruang dan waktu bagi nilai-nilai spiritual yang sering terabaikan untuk membersihkan hati dan pikiran kita sehingga kedepan dalam menapaki setiap tangga kehidupan kita akan mewarnainya dengan nilai-nilai kebajikan yang membuat perjalanan hidup kita akan menjadi lebih bermakna.
0 Response to "Nyepi Membasuh Nurani Dalam Keheningan"
Post a Comment