PENGERTIAN DAKSINA DALAM AGAMA HINDU, Daksina Adalah kekuatan Brahman yang memiliki sifat Nirguna Brahman, dilihat dari kata daksina adalah selatan, selatan dalam pengideran disimbulkan sebagai agni dengan Prabhawanya sebagai kekuatan Brahma, memiliki fungsi sebagai pencipta sehingga dapat sebutan sebagai “Brahman”, kemudian Brahman bermanifestasi menjadi 13 (tiga belas) kekuatan sebagai pesaksi umat Hindu dalam beryadnya antara lain :
- Serobong daksina adalah sebagai simbul alam semesta dengan Prabhawanya sebagai Sang Hyang Ibu Pertiwi.
- Berisi tetampak adalah sebagai simbul adanya Hukum sebab akibat (RTA) dengan Prabhawanya sebagai Sang Hyang Ruwa Bhineda.
- Berisi beras adalahsebagai simbul adanya udara dengan Prabhawanya sebagai Sang Hyang Bayu.
- Berisi porosan silih asih adalah sebagai adanya kekuatan Kama dengan Prabhawanya sebagai Sang Hyang Semara.
- Berisi sebutir pangi adalah sebagai simbul samudra dengan Prabhawanya sebagi Sang Hyang Baruna.
- Berisi gebantusan adalah sebagai simbul adanya gaib di alam semesta ini dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Indra.
- Berisi pepeselan adalah sebagai simbul tumbuh-tumbuhan di alam semesta dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Sangkara.
- Berisi kelapa adalah simbul Matahari dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Surya.
- Berisi sebutir telur itik adalah sebagai simbul planet Bulan dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Wulan.
- Berisi sebutir buah kemiri adalah seabagi simbul bintang dengan prabhawnaya sebagai Sang Hyang Tranggana.
- Berisi seuntai benang putih adalah sebagai simbul awan dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Aji Akasa.
- Berisi wang kepeng bolong satu kepeng adalah sebagai simbul ruang angkasa dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Sunia Mertha.
- Berisi sebuah canang sari adalah sebagai simbul adanya kekuatan mata angin Timur, Selatan, Barat, Utara dan di tengah dengan prabhawanya sebagai Sang Hyang Panca Dewata (Lontar Pelutaning Yadnya).
Melihat dari penjelasan di atas, maka dapat dihubungkan dengan stavanya sang Hyang Siwa Raditya maka 13 (tiga belas) kekuatan tersebut mendapat sebutan sebagai Sang Hyang Triodasa Saksi sesuai dengan sahannya antara lain :
"PUKULUN PADUKA BATHARA SANG HYANG SIWA RADITYA SANG HYANG WULAN LINTANGTRANGGANA, MERAGA SANG HYANG TRIODASA SAKS"
Oleh karena itu isi dari daksana tersebut tidak boleh kurang ataupun lebih dari 13 (tiga belas) komponen, kalau seandainya lebih atau kurang maka tidak ssuai dengan sahannya (Stavanya). Kalau daksina ini dipandang dari ajaran Siwa Tattwa, maka daksina tersebut sebagai simbul suci dari keberadaan Sang HyangWidhi, yang masih memiliki prabhwa murni yang disebut dalam Weda masih bersifat "NIRGUNA BRAHMAN".
Beliau masih dalam keadaan murni dan langgeng, dalam artian Belaiu belum memiliki guna, namun karena umat ingin memohon panugrahan suatu kekuatan untuk kehidupan maka umat memohon kehadapanNya agar Beliau bermanifestasi Guna Prabhawa, oleh karena itulah umat membuat banten soda dan banten peras karena banten sodanya sebagai simbul kekuatan Acetanan (Yoni), sedangkan banten perasnya sebagai simbul kekuatan Cetana (Lingga). Setelah Sang Hyang Widhi bermanifestasi menjadi 2 (dua) kekuatan maka kedua kekuatan tersebut menyatu kembali dan lahirlah kekuatan penciptaan (menjadikan diri beliau sendiri) sehingga lahirlah kekuatan Sang Hyang Widhi dengan sebutan “Bethara”. Karena kata Bethaa berasal dari kata “Bathr” yang artinya kekuatan pelindung, maka lahirlah kekuatan Bathara-Bhatari. Setelah terciptanya kekuatan pelindung dengan sebutan Bathara maka umat Hindu menghaturkan stananya berupa sebuah banten penyeneng dengan maksud “Pang Nyeneng” (bahasa Bali), maksudnya supaya Bathara-Bhatari berstana di alam ini. Maka dari itu daksina disertakan sebuah penyeneng dan setelah keberadaan Beliau bersifat Bhatara dan berstana pada penyeneng maka umat memohon kehadapan Bathara-Bhatari agar Beliau menganugerahkan kekuatan pelebur segala pengaruh Sad Ripu baik pengaruhnya-pengaruhnya terhadap Bhuwana Agung maupun terhadap Bhuwana Alit, agar menjadi kekuatan Amertha Sad Guna yaitu: Dharma, Satya, Jaya, Pradnyan, Sauda dan Guna Kahuripan. Oleh karena itulah daksina disertakan juga dengan Tipat Sari Ekelan (enam bungkul), sesuai dengan yang diungkapkan dalam Reg Weda :
"EKA TVA, ANEKA TVA, SWALAKSANAN BATHARA"
Maksudnya :
Sang Hyang Widhi meraga tunggal, namun Beliau bisa berwujud banyak, Setelah Beliau berphrabhawa Bathara.
Setelah daksina itu dilengkapi dengan adanya banten Soda, baten peras ketipat sari akelan dan sebuah penyeneng, amka menjadi satu rangkaian upakara yang disebut dengan "BANTEN PEJATI". Dikatakan banten pejati sebagai intinya upakara karena banten pejati memiliki tattwa yang tinggi dan sangat dalam serta bersifat universal karena setiap ada pelaksanaan upacara keagamaan, banten pejatilah yang menjadi pokok sebagai pesaksi.
0 Response to "Pengertian Daksina Dalam Agama Hindu"
Post a Comment