HIDUP SEDERHANA DENGAN PIKIRAN LUHUR
HIDUP SEDERHANA DENGAN PIKIRAN LUHUR, Perlu disadari bahwa pada hakekatnya kita memperoleh pelajaran untuk hidup sederhana dalam arti tidak serakah (korupsi) mengambil hak milik orang lain. Segala sesuatu yang kita pakai, merupakan fasilitas yang sudah kita terima dan pantas kita syukuri, dengan tidak menerima benda-benda lain. Di dalam Sri Isopanisad mantra satu dinyatakan sebagai berikut :
Isavasyam idam sarvam
Yat kinca jagatyam jagat
Tena tyaktena bhunjitha
Ma grdhah kasya svit dhanam
Artinya :
Tuhan Yang Maha Esa memiliki dan mengendalikan segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta, baik yang bergerak ataupun yang tidak bergerak. Karena itu hendaknya seseorang hanya menerima benda-benda yang dibutuhkan untuk dirinya yang telah disediakan sebagai jatahnya, dan sebaiknya tidak menerima benda-benda yang lain, dengan benar-benar mengetahui siapa yang memiliki benda-benda itu.
Orang terhormat bukan hanya karena kekayaannya, tapi bisa juga karena keluhuran budinya. Keluhuran budi seseorang diawali dari (manah) pola berpikirnya. Maka sesungguhnya bisa dikatakan bahwa segala sesuatu berawal dari pikiran. Pikiran bisa menjadi kawan yang baik tapi juga bisa menjadi musuh yang paling rakus, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
Bandhur atma tmanas tasya
Yena atmaivatmana jitah
Anatmanas tu sattrutve
Varteta tmaiva satru vat
Artinya :
Pikiran adalah kawan yang paling baik bagi orang yang sudah menaklukkan pikiran, tetapi bagi orang yang gagal mengendalikan pikiran, pikirannya akan tetap sebagai musuh yang paling besar. (Bg. 6.6)
Pikiran bersifat camcala (tidak stabil) mudah goyah kalau tidak dipegang dengan baik. Ada gambaran sebagai berikut : Badan ini diumpamakan sebagai sebuah kereta, yang ditarik oleh lima ekor kuda (yaitu panca indera). Pikiran (manah) diumpamakan sebagai tali kendali lima ekor kuda. Kecerdasan (budhi) diumpamakan sebagai pemegang kendali (kusir). Dan roh (atma) adalah penumpangnya. Penumpang kereta akan merasa tenang kalau jalannya lima ekor kuda serasi, seirama atau serempak karena tali kendali dipegang dengan baik. Namun jika ada perbedaan di antara mereka, misalnya ada kuda yang dipecut sehingga mau lari kencang, tapi ada kendali yang ditarik seolah-olah menyuruh kudanya berjalan pelan atau berhenti. Bahkan ada kuda yang mau makan, ada yang mau minum, kusir tidak pandai memegang tali kendali maka jalannya kereta oleng dan itu pasti membuat penumpang menjadi cemas. Begitu pula selama pikiran tetap menjadi musuh yang belum ditaklukkan, dia harus melayani perintah hawa nafsu indera, amarah, loba, khayalan, dsb. Sebagai akibatnya jika kecerdasan tidak memegang kendali (pikiran) dengan baik, pasti orang itu cemas, adanya hanya gelisah, was-was, khawatir dan hidupnya tidak tenang.
Nah berbicara tentang korupsi, bisa saja diawali oleh orang yang gelisah karena tidak bisa mengendalikan pikirannya dengan baik. Pikiran menjadi bingung untuk menentukan pilihan, kalau menerima sasuai jatah yang diberikan mungkin merasa tidak cukup, maka ambil saja jatah orang lain. Timbulah kerakusan (lobha) dengan mengambil hak orang lain karena ingin menutupi kebutuhan-kebutuhan atau barbagai macam tuntutan yang belum terpenuhi. Namun, korupsi biasanya bukan hanya dilakukan oleh orang yang terdesak kebutuhan, melainkan karena ingin memuaskan panca inderanya dengan pujian dan kebanggaan yang palsu. Dari panca indera inilah seseorang bisa bertahan menjadi orang baik, tapi dari panca indera pula bisa menjadi semakin merosot dalam moralitas. Dari kemerosotan moral yang disebabkan kecerdasan tidak pandai memegang kendali (pikiran), maka kecenderungan menipu akan berlanjut. Padahal menipu dengan cara apapun atau korupsi yang mungkin tidak dilihat oleh orang lain, tapi tidak bisa sembunyikan oleh Kemahatahuan Tuhan. Beliau Mahatahu karena bersemayam di dalam hati makhluk hidup, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita 15.15 yang berbunyi “sarvasya caham hrdi sanivisto” artinya “ Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk”. Dengan demikian Tuhan Tidak bisa ditipu oleh siapa pun. Atas perintahNya hukum alam akan bekerja sebagaimana mestinya dan menghukum sesuai dengan karmanya koruptor itu. Oleh karena apa yang kita lakukan sama-sama di ketahui oleh Tuhan, maka lebih baik mari kita berpikir, berkata, dan berbuat yang luhur. Kita harus berlatih memegang kendali (pikiran) dengan cara meditasi setiap hari supaya hidup kita menjadi seimbang antara suka dan duka. Bagaikan silih bergantinya musim panas dan musim dingin, begitulah suka maupun duka, juga datang dan pergi silih berganti :
Jitat manah prasantasya paramatma samahitah
Sitosna sukha-dukhesu tatha manapamanayoh
Artinya :
Orang yang sudah menaklukan pikiran sudash mencapai kepada roh yang utama, sebab dia sudah mencapai ketenangan, bagi orang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama. (bg.6.7)
Dari sloka ini kita bisa mengerti bahwa bagi orang yang sudah menaklukan pikiran, hidupnya akan tenang, dia akan seimbang ditengah-tengah rwa binedha khususnya suka dan duka. Tuhan sangat mencintai mereka yang tidak terlalu mengeluh dikala duka datang dan tidak sombong jika suka sedang datang.
Yasmamn nadvijate loko lokan nadvijate ca yah
Harsamrsa-bhayodvegair mukto yah sa ca me priyah
Artinya :
Aku sangatt mencintai orang yang tidak menyebabkan siapapun diPersulit, tidak digoyahkan oleh siapapun dan bersikap yang sama baik dalam suka atau duka, rasa takut maupun kecemasan (bg.12.15)
Orang yang melakukan korupsi pasti akan mempersulit orang lain. Mereka tidak terpuji, tidak terhormat walaupun kaya. Tuhan pun tidak mencintai orang seperti itu, menurut hukum alam (rta) entah cepat atau lambat suatu saat pasti mereka akan menderita. Mereka mempunyai kekhawatiran untuk diketahui orang lain, walau mungkin sedang menikmati hasil korupsinya. Kehidupan mereka tidak tentram,karena dihantui oleh rasa gelisah, cemas , takut waswas, bingung dan amarah. Sebaliknya tuhan sangat mencintai kepada mereka yang tidak mudah goyah terhadap godaan yang menggiurkan, bersikap yang sama terhadap suka maupun duka. Mereka tidak akan mementingkan barang-barang demi kepuasan indra pribadinya sendiri atau kelompoknya, dengan demikian dapat menghindari tindakan yang tercela oleh masyarakat yaitu korupsi. Dengan begitu mereka merasa aman, tentram, bahagia, sejahtera. Semua kebutuhan yang diperlukan atas karunia tuhan akan dibawakan dan dijaga oleh tuhan sendiri (bg 9.22) sehingga tidak perlu melakukan tindakan yang berentangan dengan aturan kitab suci, masyarakat bangsa dan negara yaitu KORUPSI.
0 Response to "Hidup Sederhana Dengan Pikiran Luhur"
Post a Comment