loading...

Brahman


BRAHMAN, Brahman atau Tuhan juga Hyang Widhi adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta alam semesta. Hindu Dharma meyakini adanya kemahakuasaan Hyang Widhi, sesuai Widhi Tattwa yang meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya, Wyapi Wyapaka Nirwikara. Brahman Sutra menyatakan “Jan Ma Dhyasya Yatah” Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta ini”. Artinya semua ciptaan yaitu alam semesta dan isinya termasuk Dewa-Dewa dan lain-lannya berasal dan ada didaam Hyang Widhi. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaanNya. Hindu adalah agama monotheis, Percaya hanya satu Tuhan bahwa Hyang Widhi adalah satu tidak ada duanya.

Dalam Chandogya Upanisad dinyatakan :

“Om tat Sad Ekam Ewa Adwityam Brahman” 

artinya 
Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna

Dalam mantram Tri sanya tersebut kata-kata 

“ Eko Narayanad na Dwitya Sti Kacit”

artinya
Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.  

Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan

“ Om Ekam Sad Wiprah Bahuda Wadanti” 

artinya 
Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.

Dalam kekawin Sutosoma dinyatakan 

“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”  

artinya 
berbeda-beda tetapi satu, tak ada dua Hyang widhi yang berdua.

Sloka tersebut menjelaskan bahwa, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu hyang Widhi, tuhan Yang Maha Tunggal. Ketuhanan dalam weda adalah ajaran yang menegaskan bahwa Tuhan adalah satu, namun meliputi  segala, mempunyai banyak gelar, sebagai Prameswara (Raja temulya) Parama Wisesa (Maha Kuasa) dll. Tuhan dalam Bhuana Kosa disebut Bhatara Siwa, beliau maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tak terpikirkan, tak tercampur, tak bergerak., tak terbatas digambarkan secara terbatas. Karena itu, Ia sering disebut dengan nama yang berbeda, seperti : Brahma, Wisnu, Iswara/Rudra sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bahwa Pasupati Sarwajna, sesuai dengan tempat yang ditempatinya. Sadyojata, Bhamadewa, Tatpurusa, Aghora.,dan Iswara dalam Panca Brahma.

Hyang Widhi bersifat Immanent dan Transendent, Immanent artinya meresapi segala, hadir pada segala termasuk meresap pada pikiran dan indriya (Sira Wyapaka) Transendent artinya meliputi segala tetapi ia berada di luar batas, Pikiran dan Indriya. Meskipun Immanent dan Transendent pada semua makluk, tetapi Ia tidak dapat dilihat dengan kasat mata,  karena bersifat sangat rahasia, abstrak. Karena kerahasiannya, digambarkan bagaikan api dalam kayu,  minyak dalam santan. Ia ada di mana-mana, pada semua yang ada ini. Ia tidak tampak, tetapi ada Sungguh sangat rahasia adanya.

Berasal dari semua yang ada (Sangkeng Bhatara Siwa Sangkanya). Alam semesta (Bhuwana Agung) dengan segala isinya dan Manusia (Bhuwana Alit) adalah  ciptaanNya juga. Semua ciptaanNya adalah wujud mayaynya yang bersifat tidak kekal. Semua ciptaanNya yang mengalami kehancuran akan kembali kepadaNya. Hyang Widhi adalah asal dan tujuan semua yang ada (Mijil Sakeng Sira, Musna Ri Sira Muwah) Kutipan Reg weda di Bawah ini menyatakan keesaan Hyang Widhi dalam kebhinekaan penamaan oleh para arif bijaksana. 

Imdram Mitram Warupa Agnim ahur atho divyah 
Sasuparno garutman, Ekam Sad Viprah Bahudha 
Vadantyagnim Yaman Matarisvanam abuh. 

Artinya 
Mereka menyebutkan Indra, Mitra, Waruna dan Dia yang bercahaya yaitu
Garutman yang bersayap elok.
Satu itu (Tuhan) sang bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama dan Matarisvan.

Dalam Siwatattwa Jnanasiddhanta kita dapati uraian tentang Hyang Widhi yang senada dengan isi mantra Weda tersebut di atas. Uraian itu adalah sebagai berikut : 

Sa eko bhagavan sarva karana karanam. 
Aneko viditah sarvatah catur vidhasya karanam, 
Ekatwanekatwa swalaksana Bhattara. 

Ekatwanekatwa swalaksana Bhattara. 
Ekatwa ngaranya, kahidep makalaksanang Siwatattwa. 
Ndan tunggal, tan rwatiga kahidepanira. 
Mangekalaksana Siwa karana Juga, tan paprabheda. 

Aneka ngaranya kahidepan Bhattara 
Makalaksana caturdha. 
Caturdha ngaranya laksananiran. 
Sethula suksma parasunya

Sifat Bhatara  adalah eka dan aneka. Eka (esa) artinya Ia dibayangkan bersifat Siwatattwa, Ia hanya Esa, tidak dibayangkan dua atau tiga. Ia bersifat Esa aja sebagai Siwakarana (Siwa sebagai pencipta), tiada perbedaan. Aneka artinya Bhattara dibayangkan bersifat Caturdha artinya Stula Suksma para sunya.

Agama Hindu mengajarkan bahwa semua yang ada berasal dari Hyang widhi, berada dalam Hyang widhi dan kembali kepada Hyang Widhi. 

Yathorna nabhih srjate grhnate ca. 
Yatha prthiwyam asadhayas sambhavanthi 
Yatha stah purusat kesalomani tathaksarat 
Sambhavatitha viswam. 

Artinya
Seperti laba-laba mengeluarkan dan menarik benangnya, seperti tumbuh-
tumbuhan bahan obat tumbuh di bumi, seperti rambut tumbuh di kepala dan 
bada orang, demikian alam semesta muncul dari Tuhan.

Hyang Widhi adalah sumber kehidupan, sumber energi, asal segala yang ada, kepada-Nya pula akan kembali. Sangkan Paraning Dumadi, asal dan kembali semua makluk.

Taittiriya Upnisad menerangkan: 
Yato va imani bhutani jayante 
Yena jatani jivantti, 
Yat prayanty abhisam visanti
Tat vijijnasasva, tad brahmeti. 

Artinya
Dari semua ini lahir, dengan apa yang lahir ini hidup.
Ke mana, mereka masuk setelah kembali, ketahuilah, bahwa itu Tuhan.

Dalam Siwa Tattwa, Hyang Widhi sebagai Bhattara Siwa mencipta, memelihara dan meleburnya 

Brahmasrjayate lokam, Visnuve palakasthimtam
Rudratve samharasceva, Trimurtih nama evaca
Luwir Bhattara Siwa magawe jagat, Brahma rupa siram pangraksa Jagat.
Wisnu rupa siram pangraksa jagat, Rudra rupa sira mralayaken rat.
Niham tawak nira tiga bheda nama 

Halnya Bhattara siwa menciptakan dunia ini, Brahma Wujud-Nya waktu menciptakan dunia ini, wisnu wujud-Nya waktu menjaga dunia ini, Rudra wujud-Nya waktu mempralina dunia ini Demikianlah tiga wujud (tri Trayusha). Saat penciptaan disebut upeti, waktu memelihara disebut sthiti dan saat melebur disebut pralina. Demikian Tri Murti itu sebagai pelindung dunia. 

0 Response to "Brahman"