loading...

Agama dan Dharma

AGAMA DAN DHARMA


AGAMA DAN DHARMA, Kata agama berasal dari terjemahan bahasa sansekerta dharma. Agama dapat diuraikan dari akar kata gam yang artinya ‘pergi’ atau ‘perjalanan’. Dengan demikian kata agama dapat diartikan ‘sesuatu yang tidak pergi’ , tidak berubah atau tetap, langgeng (abadi). Yang tidak pernah berubah-ubah atau kekal  abadi hanyalah hyang widhi beserta ajarannya. Sebagai istilah kemudian agama mengandung pengertian ‘ajaran yang bersumber dari yang maha esa dari hyang widhi. Sabda hyang widhi (sruti) yang menjadi ajaran agama hindu itu diturunkan oleh para Maha Rsi. Inti sabda hyang widhi itu adalah Rta dan Dharma Rta adalah hukum hyang widhi untuk mengatur alam semesta, sedangkan dharma adalah norma hidup untuk mengatur kehidupan umat manusia, baik kehidupan rohani maupun kehidupan duniawi agama juga disinonimkan dengan dharma, karna itu agama hindu juga disebut hindu dharma.  Menurut sarascamuccaya sloka 181 :

Agama ngaranira kawarah sang hyang aji 
Agama ialah apa yang dinyatakan dalam pustaka suci juga wrehaspati tattwa 26 menyatakan, Kawarah sang hyang aji kaupapatian de sang guru agama ngarania. Yang dinyatakan dalam pustaka suci dan itu yang diajarkan oleh pandita guru itulah agama namanya.

Dharma juga berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata dhr yang artinya menjinjing, memangku, memlihara, mengatur atau menuntun. Dhr kemudian berkembang menjadi kata dharma yang mengandung arti norma yang mengatur dan memelihara kehidupan. Dalam hubungan dengan peredaran alam semesta, kata dharma dapat pula berarti kodrat, sedangkan dalam kehidupan manusia dharma dapat berarti ajaran, kewajiban, kebajikan atau peraturan-peraturan suci yang memelihara dan menuntun manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup yaitu prilaku dan budi pekerti yang luhur. 
Pustaka santi parwa 109 , 11 menyebutkan :
Dharanad dharma ityahur 
Dharmena widrtah prajah Kata dharma dikatakan datang dari kata dharana yang berati memangku, menjunjung, mengatur. Dengan dharma semuanya diatur.
Watsyayana Dharma sastra membagi 4 jenis sastra :
  1. Dhrama srama adalah dharma bagi masing – masing asrama seperti brahmacari asrama dharma, grhastha Asmara Dharma Wanaprastahuna Asmara Dharma, dan Sanyasin Asrama Dharma.
  2. Warna dharma adalah dharma bagi masing-masing warna yaitu bharmana warna dharma, ksatria warna dharma , waisya warna dharma , dan sudra warna dharma. 
  3. Guna dharma adalah dharma bagi mereka yang punya keahlian atau guna. Artinya, setiap orang yang punya keahlian wajib mengabdikan keahliannya itu untuk memelihara kelestarian alam dan kemanusiaan. 
  4. Sadarana dharma adalah kewajiban umum bagi setiap orang seperti : setiap orang wajib menghormati siapa saja, wajib menolong mereka yang seyogyanya ditolong setiap orang wajib beretika mulia dalam kehidupan masyarakat dan seterusnya.

Hindu Dharma
Berdasarkan paparan dua pengertian agama dan dharma tersebut, belakangan agama hindu disebut juga hindu dharma. Hindu dharma sebagai agama memiliki konsepsi dasar yang dipakai pegangan, pembimbing dan mengatur prilaku umat sedharma secara lahir dan batin. Konsepsi-konsepsi mulia  seperti : sunya-nirbana (surga, neraka, panca sradha, sebagai lima keyakinan mendasar hindu dharma. Keyakinan adanya brahman (hyang widhi), atman ( percikan hyang widhi ), hukum karma phala (sebab-akibat), punarbhawa (reinkarnasi), dan moksa (pelepasan abadi). Juga mengukuhkan tiga kerangka dasar agama hindu yakni : tatwa, susila, dan acara sebagai konsepsi yang memuliakan agama hindu sekaligus memuliakan para penganutnya, Yaitu diri kita sendiri.

Jagat Hita dan Moksa
Hindu Dharma mengajarkan segala perbuatan yang baik maupun yang buruk (subhaasubha prawritti) akan membawa akibat tidak saja didalam hidup sekarang ini, tetapi juga di akhirat setelah atma (roh) dengan suksma sariranya (badan astral) terpisah dari stula sarira (badan jasmani) dan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan datang (punajanma). Hyang widhi, akan menjatuhkan sanksi yang bersendikan pada dharma, merakhmati atma seseorang yang berjasa, melakukan amal baik , serta kebijakan suci (subha karma). Beliau pun akan mengampuni atma seseorang yang pernah berbuat dosa dan telah kembali ke jalan dharma serta tidak akan melakukan dosa lagi.
Slokantara : 52/53,13-14.

Devanam narakam janturjantunam narakam pasuh,
Pusunam narakam mrga mrga mrganam narakam khagah.
Paksinam narakam wyale wyalanam narakam danstri,
Danstrinam narakam wisi wisinam naramarane.

Dewa yang neraka menjelma jadi manusia, manusia neraka menjadi ternak, ternak neraka jadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung neraka menjadi ular, dan ular neraka menjadi caring, caring yang jahat menjadi bisa, bisa yang dapat membahayakan manusia. Demikian alam neraka yang dialami atma yang berbuat jahat dan berdosa. Jika telah sampai pada limit penjelmaan, yang terhina akibat doasanya, maka ia akan tetap menjadi dasar terbawah kawah neraka. Yamadipati juga bergelar bhatara dharma, sebagai pelindung dharma. Memberkahi atma yang melakukan subha karma (perbuatan baik) serta mengampuni orang yang tobat terhadap dosanya.

Dalam wrhaspati tattwa,22, disebut :
Asing sagawenya dadi manusa, ya ta iningetaken de bhatara widhi, apa sira pinaka paracaya bhatara ring cubhasubha karmaning janma. Segala (apa) yang diperbuat didalam penjelmaan (menjadi) manusia, (semua) itulah yang dicatat oleh hyang widhi (tuhan yang maha kuasa) karena dia sebagai saksi baik – buruk perbuatan manusia. 

Agastya parwa 355, 15, menyebutkan :
Bhatara dharma bergelar bahatara yama pelindung keadilan yang mengadili baik buruk perbuatan manusia. Baik buruknya karma itu akan memberi akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia. Pengaruh karma itu pulalah yang menentukan corak serta nilai watak manusia. Oleh karena bermacam-macam jenis manusia dan tak terhitung banyaknya maka watak manuasia pun beraneka ragam pula. Karma yang baik menciptakan watak yang baik dan karma yang jelek akan mewujudkan watak yang jelek dan jahat. Segala macam karma yang dilakukan oleh makhluk, terutama manusia, akan tercatat selalu dalam alam pikirannya, (citta-nya) kemudian akan menjadi watak dan berpengaruh pula terhadap atmanya. Hukum karma yang mempengaruhi seseorang bukan saja akan diterimanya sendiri, akan tetapi juga akan diwarisi oleh anak cucu atau keturunannya. 

Agastya parwa 382-4 memberikan contoh-contoh seperti : 

Semua (makhluk) berbeda-beda rupa dan wataknya karena watak dan keadaan hidup ibunya (leluhurnya) ; maka makhluk itu(menemui) bahagia dan penderitaan (baik dan buruk). 

Santhi parwa, 129-21 menegaskan :

Walau pahala kejahatan akibat perbuatan seseorang tak terlihat pada orang itu sendiri ; (meskipun) raja, namun (pasti terlihat) pada anak cucu sampai buyutnya juga. Oleh karena itu , ajaran hindu menekankan benar bahwa manusia mesti berlaku tidak menyimpang dari petunjuk dharma karena akibat perbuatan jahat/dosa itu sangat berat hukumnya, dan hukuman itu akan dijatuhkan dari suatu pengadilan yang tiada kelihatan serta amat berkuasa untuk menenggelamkan roh manusia jahat kedalam api neraka. Penderitaan batin atau tekanan hidup yang datangnya tidak di sadari dan secara perlahan-lahan, kalau bukan saat hidup ini, mungkin dineraka, dalam penjelmaan yang akan datang atau akan diterima oleh anak cucunya. Yang menggunakan dharma sebagai tujuan hidup yang utama seraya mengabdi terhadap sesama, beramal saleh untuk kesejahteraan sesama makhluk, serta menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran maka orang itu akan mendapat berkah Hyang Widhi, yakni kebahagiaan surga. Jika atma itu menjelma kembali maka ia akan mengenyam kebahagiaan hidup didunia (swargayuta). Untuk menghindarkan diri dan lautan neraka manusia harus patuh, taat dan tekun melaksanakan ajaran Tri Kaya Paramartha atau Tri Kaya Parisudha. Melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha dengan sempurna memang penuh tantangan, namun, ajaran itu harus dapat dilaksanakan. Hal yang penting dilaksanakan adalah melenyapkan pengaruh hawa nafsu, sad warga atau sad ripu terhadap pikiran sehingga pikiran itu terbebas dan cenderung pada sifat-sifat satwam.

0 Response to "Agama dan Dharma"