loading...

Makna Penempatan Bija dalam Persembahyangan Agama Hindu

Makna Penempatan Bija dalam Persembahyangan Agama Hindu, Bija atau Wija di dalam bahasa Sanskerta disebut Gandaksata, yang berasal dari kata "ganda" dan "aksata", yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi. Wija atau bija biasanya dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana. kadangkala dicampur kunyit sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning. 

Makna Bija 
Bija atau Wija adalah lambang Sang Hyang Kumara, Yaitu Putra atau Wija Bhatara Siwa. pada hakekatnya, yang dimaksud dengan kumara adalah benih ke-siwa-an/Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija kemudian mengadung makna untuk menumbuh kembangkan benih ke-siwa-an itu dalam diri seseorang, sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih ata beras yang utuh dan tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.


Tata Cara Menempatkan Bija
Menaruh Bija di badan manusia pun ada aturannya, agar dapat menumbuh kembangkan sifat kedewataan/ke-siwa-an dalam diri. Hendaknya bija diletakan pada titik-titik yang peka terhadap sifat dari kedewataan/ke-siwa-an, dan titik-titik dalam tubuh tersebut ada lima yang disebut Panca Adisesa, yaitu sebagai berikut :

Dipusar yang disebut titik Manipura Cakra- Di Hulu hati (Padma Hrdaya), zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi didalam bagian Padma Hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). titik kedewataan ini disebut Hana Hatta Cakra-di Leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan, yang disebut Wisuda Cakra - di dalam mulut atau langit-langit - di antara dua alis mata yang disebut, Anja Cakra, yang sebenarnya letaknya lebih tepat adalah sedikit di atas, diantara dua alis mata itu.

Pada Anja Cakra, sedikit diatas, diantara dua alis. Tempat ini dianggap sebagai tempat mata ketiga (Cudamani). Penempatan bija di sini diharapkan akan menumbuhkan dan memberi sinar-sinar kebijaksanaan kepada orang yang bersangkutan. Pada Wisuda Cakra, yaitu di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan, sebagai simbol penyucian dengan harapan agar mendapatkan kebahagiaan. Di mulut, langsung ditelan dan jangan digigit atau dikunyah. alasanya adalah seperti tadi, kalau dikunyah maka beras itu akan patah dan akhirnya tak tumbuh berkembang sifat kedewataan manusia. bija ditelan sebagai simbol untuk menemukan kesucian rohani dengan harapan agar memperoleh kesempurnaan hidup. Jadi makna dari penggunaan bija dalam persembahyangan ialah menumbuh kembangkan sifat kedewataan/ke-siwa-an/sifat Tuhan dalam diri.

0 Response to "Makna Penempatan Bija dalam Persembahyangan Agama Hindu"