9 UPACARA MANUSA YADNYA, Manusa yadnya adalah Persembahan suci kehadapan sesama manusia, tujuan untuk melaksanakan korban suci ini adalah untuk pembersihan lahir batin. berdasarkan tujuan dan pengertian Manusa Yadnya, maka satu putaran hidup manusia dapat dilihat berkali-kali dilaksanakan upacara manusa yadnya terhadap seseorang itu. jadi pembersihan bayi sejak dalam kandungan, sampai bayi lahir, dan menjadi dewasa, serta sampai mengakhiri hidupnya. dengan demikian bahwa satu putaran hidup menjadi manusia banyak sekali dibuatkan upacara Manusa Yadnya. Manusa Yadnya yang diberikan pada anak akan lebih berguna bila peningkatan sumber daya manusia itu diantisipasi lebih awal. oleh karena itu agajr anak-anak merasa lebih mandiri dan berdaya guna nanti ia patut diberikan jaminan hidup yang cukup, fasilitas pendidikan dan terbaik.
Pelaksanaan Upacara Manusa Yadnya di uraikan satu persatu secara singkat yaitu :
Upacara Pegedong-gedongan (Upacara Bayi dalam Kandungan)
Upacara ini baik dilaksanakan setelah kandungan berumur lima atau enam bulan kalender, karna pada saat itulah pertumbuhan janin sudah sempurna. Upacara Pagedong-gedongan bertujuan memohon kehadapan Hyang Widhi agar bayi yang ada dalam kandungan itu diberkahi kebersihan secara lahir batin. demikian pula ibu beserta bayinya ada dalam keadaan selamat dan setelah lahir dan dewasa dapat berguna di masyarakat serta menjadi kebanggaan orang tua. Upacara semasih bayi ada di dalam kandungan, agar harapan tersebut daat berhasil, maka si ibu yang sedang hamil perlu melakukan pantangan-pantangan terhadap perbuatan yang kurang baik dan sebaliknya mendengarkan nasehat-nasehat serta membaca buku-buku wiracarita atau buku lain yang mengandung pendidikan yang bersifat positif. sebab tingkah laku dan kegemaran si ibu di waktu hamil akan mempengaruhi sifat si anak yang masih di dalam kandungan.
Upacara Bayi lahir
Upacara Kelahiran (Jatakama Samskara) dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan. Upacara ini sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia. Upacara Jatakama dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan dan telah mendapat perawatan pertama. Upacara ini dilaksanakan di dalam dan didepan pintu rumah.
Upacara kelahiran dipimpin oleh salah seorang keluarga yang tertua atau dituakan, demikian juga menanam (mendem) ari-arinya. Ari-ari merupakan salah satu bagian penting dalam proses perkembangan janin dalam kandungan. dalam tatwa kanda Pat disebutkan bahwa manusia lahir kedunia dibantu oleh 4 saudara yaitu ari-ari, lamas, darah dan yeh nyom. ke empat saudara inilah yang menjaga bayi dalam kandungan dan membantu proses kelahiran bayi. pada saat bayo lahir, yang perlu juga diperhatikan adalah upacara perawatan ari-ari. Ari-ari di cuci dengan air bersih atau air kumkuman, kemudian dimasukan kedalam sebutir kelapa yang di belah dua dengan ongkara (pada bagian atas) dan ahkara pada bagian bawah. kelapa tersebut dibungkus dengan kain putih kemudian dipemdam (ditanam) di muka pintu rumah ( yang laki disebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri). setelah ditanam pada bagian atasnya hendaknya di isi daun pandan yang berduri dengan tujuana menolak gangguan dari kekuatan kekuatan yang bersifat negaatif.
Upacara kepus Puser (Mapanelahan)
Setelah puser itu putus maka puser tersebut di bungkus dengan secarik kain. lalu dimasukan kedalam sebuah tipat kukur yang disertai dengan bumbu-bumbu dan kemudian tipat tersebut digantungkan diatas tempat tidur si bayi. Mulai saat inilah bayi dibuatkan kumara, yaitu tempat memuja Dewa Kumara sebagai Pelindung Anak-anak.
Upacara Bayi berumur 42 Hari (Tutug Kambuhan)
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi berumur 42 hari dibuatkan upacara "macolongan". Tujuan dari upacara ini adalah memohon pembersihan dari segala keletehan (kekotoran dan noda), terutama si ibu dan bayinya diberi tirtha penglukatan pebersihan, sehingga si ibu dapat memasuki tempat-tempat suci seperti pura, merajan dan sebagainya.
Upacara Nyambutin ini dilaksanakan setelah bayi berumur 105 hari. Pada umur ini si bayi telah di anggap suatu permulaan untuk belajar duduk, sehingga di adakan upacara nyambutin di sertai dengan upacara "Tuwun di pane" dan mandi sebagai penyucian atas kelahirannya didunia. Upacara ini bertujuan memohon kehadapan sang Hyang Widhi agar jiwatman sibayi benar-benar kembali kepada raganya.
Upacara Satu Oton (Otonan)
Upacara Satu Oton dilaksanakan setelah bayi berumur 210 hari, dengan menggunakan perhiungan pawukon. Upacara ini bertujuan agar segala keburukan dan kesalahan-kesalahan yang mungkin dibawa oleh si bayi dan semasa hidupnya terdahulu dapat dikurangi atau di tebus, sehingga kehidupan yang sekarang bena-benar merupakan kesempatan untuk memperbaiki serta meningatkan diri untuk mencapai kehidupan yang sempurna. serangkaian pula dengan Upcara Otonan ini adalah Upacara pemotongan rambut yang pertama kali, yang bertujuan untuk membersihkan ubun-ubun (Ciwa Dwara).Pelaksanaan upacara ini juga dimaksudkan untuk memohon kehadapan ibu pertiwi agar ikut mengasuh si bayi sehingga si bayi tidak mendapat kesulitan, selamat dan tumbuh sempurna.
Upacara Meningkat Dewasa (Munggah Daa)
Upacara ini bertujuan utnuk memohon kehadapan Hyang Widhi agar yang bersangkutan diberikan petunjuk atau bimbingan secara gaib sehingga ia dapat mengendalikan diri dalam menghadapai masa pancaroba. upacara inni pada umumnya di titikberatkan pada anak perempuan. hal ini mungkin disebabkan karena wanita di anggap kaum yang lemah serta lebih banyak menanggung akibat pertimbangan-pertimbangan. Menurut hindu kaum wanita dapat dianggap sebagai berometer tinggi rendah atau baik dan buruknya martabat dari suatu keluarga dan lain-lain.
Upacara ini dilakukan terhadap anak laki-laki maupun perempuan yang sudah menginjak dewasa. dalam upacara ini maka gigi yang dipotong ada 6 (enam), yaitu empat buah gigi atas dan dua buah gigi taring atas. Pemotongan terhadap ke enam gigi tersebut merupakan simbolis untuk mengurangi ke enam sifat Sad Ripu yang sering menyesatkan dan menjerumuskan manusia kedalam penderitaan atau kesengsaraan.tapi secara lahiriah pemotongan gigi ini di anggap untuk memperoleh keindahan, kecantikan dan sifat iri hati.Pelaksaan upacara ini bertujuan, disamping agar yang bersangkutan kelak nanti setelah mati dapat bertemu dengan para leluhurnya dan bersatu dengan Hyang Widhi, juga agar yang bersangkutan selalu sukses dalam segala usaha dan dapat mengendalikan diri dan mengusir kejahatan.
Upacara Perkawinan merupakan suatu persaksian, baik kehadapan sang Hyang Widhi Wasa maupun kepada masyarakat luas, bahwa kedua mempelai mengikat dan mengikrarkan diri sebagai pasangan suami istri yang sah. di tinjau dari segi rohaniah, upacara perkawinan ini merupakan pembersihan diri terhadap kedua orang mempelai, terutama terhadap benih atau bibit baik laki maupun perempuan (sukla dan Swanita).upacara perkawinan, pada umumnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu upacara makala-kalaan dan natab. Upacara makala-kalaan sebagai rangkaian dari upacara perkawinan merupakan kebahagiaan tersendiri, karena secara Samskara kedua mempelai ini di hadapkan kepada Hyang Widhi mohon pembersihan dan persaksian atas upacara yang di laksanakan. sedangkan Natab bertujuan untuk meningkatkan pembersihan, memberi bimbingan hidup dan menentukan status kedua mempelai.
Demikianlah Urutan Upacara Manusa Yadnya dari semasih dalam kandungan sampai ke perkawinan.
0 Response to "9 Upacara Manusa Yadnya "
Post a Comment