loading...

Tata Cara Bersembahyang

Tata Cara Bersembahyang, Pelaksaan Sembahyang berdasarkan pada dua sumber yaitu sastra drsta dan desa drsta. Sastra drsta adalah kebiasaan yang bersumber pada kitab sastra, sedangkan Desa drsta adalah kebiasaan dari tempat-setempat. Karena itu sering kali cara sembahyang tampak berbeda-beda pada satu tempat dengan tempat yang lain, namun intinya tetap sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan Sembahyang dapat dibagi atas dua bagian yaitu sembahyang yang dilakukan sehari-hari dan sembahyng yang dilakukan sewaktu-waktu dalam hubungannya dengan upacara tertentu. Sembahyang yang dilakukan sehari-hari dalam agama hindu disebut "Trisandhya", dilakukan tiga kali sehari yaitu diwaktu pagi, siang dan malam hari. Tri berarti tiga dan sandhya berarti sembahyang. Trisandhya ini menggunakan mantra yang disebut mantra Puja Trisandhya.

Sedangkan sembahyang yang dilakukan sewaktu-waktu dalam hubungannya dengan upacara tertentu, menyertai upacara tertentu. Misalnya pada saat-saat rerainan Galungan-Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, dll. Mantra yang digunakan akan berbeda-beda tergantung pada jenis dan tujuan upacara yang dilakukan itu. Dalam hal ini disertai sesajen tertentu. Di Bali sembahyang ini lazim disebut "Muspa" yang berarti mempersembahkan sekeping bunga. Kedua jenis sembahyang tadi dapat pula dilakukan bersamaan, maksudnya setelah Trisandhya kemudian selanjutnya dengan Muspa. Baik sembahyang Trisandhya maupun muspa dapat dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama atau berkelompok.


Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melakukan sembahyang. Pertama yaitu Asuci laksana Artinya badan maupun diri orang hendaknya bersih, karena akan mempengaruhi pikiran juga. Kedua, sikap badan yang disebut asana. Boleh memakai padmasana (duduk bersila), padasana (berdiri), bajrasana (duduk bersimpuh), sesuai dengan tempat sembahyang itu sendiri. Ketiga adalah pranayama yaitu mengatur jalannya nafas. Menarik (puraka), Menahan (kumbaka) dan mengeluarkan nafas (recaka) secara perlahan-lahan dengan perbandingan 1:4:2. Pada saat melakukan peraka dan kumbaka disertai ucapan dalam hati Ang dan pada saat recaka disertai ucapan Ah, dalam hati. Pranayama sangat berguna untuk melemaskan badan dan menenangkan pikiran. Keempat, kara soddhana yaitu penyucian tangan, karena tangan akan dipakai untuk menyembah. Mantra yang di pakai adalah Om Kara Suddhanam Swaha (tangan kanan) dan Om Kara Ati Suddhanam Swaha (tangan kiri) yang artinya Ya Tuhan, semoga disucikanlah tangan hamba dan Ya Tuhan semoga hendaknya sangat disucikan tangan hamba. Kelima, Puspa Sedhana artinya penyucian bungan dengan puja mantra Om Puspa dantaya namah artinya Ya Tuhan, sujud PadakMu Siwa. Keenam menyembah dengan mencakupkan kedua belah telapak tangan angkat naik keatas sampai ujung jari lewat ubun-ubun dan disertai dengan mantra sesuai dengan macam sembahyang itu sendiri. Pikiran hendaknya diarahkan dan dipusatkan kepada Tuhan. Tapi tidak semua orang dapat dengan mudah mengarahkan dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Tuhan bersifat maha gaib, tak terbayangkan oleh manusia, karena ada diluar jangkauan daya hayalnya. Maka dalam hal ini timbulah apa yang disebut Murti puja yaitu memuja atau menyembah Tuhan dengan sarana wujud-wujud tertentu yang merupakan simbol-simbol Tuhan. Misalnya berupa arca, gambar, askara dan sebagainya. Simbol-simbol itu berfungsi sebagai alat penolong konsentrasi padanya seperti halnya globe ataupun peta dunia yang dipakai alat bantu untuk mengetahui dunia. Karena manusia adalah konkrit sedangan Tuhan bersifat abstrak makan dikonkritkanlah yang abstrak untuk memudahkan hubungan.

Kalau saja orang dapat menciptakan hubungan batin menyembah dengan yang disembah dengan perantaraan simbolis tersebut niscaya orang akan dapat menemukan yang menjadi tujuannya. Hal semacam ini hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan saja. Sebagai contoh dapat dikemukakan Sang Ekalaya dalam cerita Mahabharata. Ia berguru kepada pendeta Drona hanya lewat patung yang dibuatnya. Tapi akhirnya dengan usaha sungguh-sungguh dan keyakinan yang mantap ia pun berhasil menguasai ilmu memanah, malah ia melebihi Arjuna yang berguru langsung kepadanya. Jadi yang penting dalam hal sembahyang itu adalah sikap batin itu sendiri berupa keyakinan yang kokoh.

0 Response to "Tata Cara Bersembahyang"