PERNAFASAN SAAT MUSPA, secara umum pernafasan dapat berlangsung bila organ pernafasan mulai hidung, tenggorokan dan paru-paru lancar. Namun ada juga makhluk yang tidak memiliki paru-paru, mereka bernafas dengan insang (ikan), serta clorofhil (Tumbuhan). prinsip yang terjadi ketika bernafas pembuangan CO2 dan mengambil O2 sebagai bahan oksidasi dalam sel normal. proses bernafas berlangsung secara otomatis tanpa dipengaruhi kehendak. hal ini diakibatkan karena pengendalian saraf otonom yang dimiliki oleh manusia seperti halnya pergerakan jantung dan percernaan. berbeda dengan otot rangka yang bisa diperintah oleh kehendak, otot-otot pernafasan mempunyai struktur sendiri, bekerja dengan sistem mandiri, oksigen dihirup bisa lebih banyak masuk ke paru-paru, kemudian ditahan untuk mengoptimalkan oksigen yang masuk kedalam sel darah. akhirnya pernafasan kembali keluar dengan mengeluarkan CO2 sebanyak-banyaknya. kegiatan seperti ini dapat saja dilaksanakan setiap waktu karena bernilai posotif yaitu meningkatkan kadar O2 dalam darah yang sangat berguna untuk proses kehidupan sel. makhluk yang frekuensi pernafasannya lambar seperti kura-kura dapat berumur panjang. sedangkan makhluk yang bernafas lebih cepat, akan berumur lebih pendek. Dengan dasar ini kemudian dipakai alasan melatuih pernafasan agar proses bernafas berlangsung lebih lambat, namun lebih dalam dengan tujuan dapat berumur panjang (dirghayusa), beraneka latihan dengan istilah pranayama (Puraka, kumbaka, Recaka), pada dasarnya adalah menghirup prana sebanyak-banyaknya dengan tujuan meraup prana (energi kehidupan) yang lebih luas, Ang (mengirup), Ung (manahan) dan Mang (menghembuskan nafas) juga merupakan bagian dari prnayama. Energi prana dapat bersatu dengan energi kundalini dalam sumsum tulang belakang (ida dan pingkala) pada akhirnya memberikan energi kehidupan yang lebih kuat pada orang yang melakukanya. Dalam ajaran (Asthangga) Yoga, pranayama (pernafasan) merupakan hal yang mutlak dilakukan dan dianggap sebagai bagian terpenting dari yoga itu sendiri. sedangkan dalam persembahyangan (pemuspa) praktek pranayama setiap orang dilakukan dengan fokus utama pada jalan dan suaranya pernafasan. keheningan nafas merupakan cerminan keheningan bathin seseorang, semakin hening suara nafas, bahkan sampai terasa tidak ada pernafasan, berarti yoga tahapan pranayama telah tercapai tercermin dari keheningan bathin. dalam suasana bathin yang hening tuhan secara tidak sengaja akan muncul sekalipun dalam wujud lawat (bayangan) bagaikan bayangan bulan yang hanya terlihat pada terapayan yang airnya bersih dan hening, bila suasana bathin tidak hening, jauh kemungkinan tuhan terbayang bersinar dalam sanubari. itulah sebabnya mengapa kualitas nafas dalam sembahyang (muspa) menjadi penting. ilustrasi kontradiktif dapat dilihat pada orang sakit (bronchitis asma) suara nafasnya sering tidak teratur, bahkan ada faktor kesulitan ketika bernafas, dalam kondisi seperti ini mana mungkin orang dapat merasakan ketenangan bathin, demikian juga saat orang sakit ginjal, stroke, akan dapat dilihat dari kondisi nafasnya. oleh karena itu sangatlah bijak para leluhur mengajarkan kita setelah Yama, Niyama Brata, Pratyahara dan Diryana, selalu mengatur nafas dengan baik (pranayama) kemudian meningkat menuju yoga, Dharana, Turka, dan Samadhi.
Monday, January 4, 2016
artikel
Pernafasan saat Muspa
PERNAFASAN SAAT MUSPA, secara umum pernafasan dapat berlangsung bila organ pernafasan mulai hidung, tenggorokan dan paru-paru lancar. Namun ada juga makhluk yang tidak memiliki paru-paru, mereka bernafas dengan insang (ikan), serta clorofhil (Tumbuhan). prinsip yang terjadi ketika bernafas pembuangan CO2 dan mengambil O2 sebagai bahan oksidasi dalam sel normal. proses bernafas berlangsung secara otomatis tanpa dipengaruhi kehendak. hal ini diakibatkan karena pengendalian saraf otonom yang dimiliki oleh manusia seperti halnya pergerakan jantung dan percernaan. berbeda dengan otot rangka yang bisa diperintah oleh kehendak, otot-otot pernafasan mempunyai struktur sendiri, bekerja dengan sistem mandiri, oksigen dihirup bisa lebih banyak masuk ke paru-paru, kemudian ditahan untuk mengoptimalkan oksigen yang masuk kedalam sel darah. akhirnya pernafasan kembali keluar dengan mengeluarkan CO2 sebanyak-banyaknya. kegiatan seperti ini dapat saja dilaksanakan setiap waktu karena bernilai posotif yaitu meningkatkan kadar O2 dalam darah yang sangat berguna untuk proses kehidupan sel. makhluk yang frekuensi pernafasannya lambar seperti kura-kura dapat berumur panjang. sedangkan makhluk yang bernafas lebih cepat, akan berumur lebih pendek. Dengan dasar ini kemudian dipakai alasan melatuih pernafasan agar proses bernafas berlangsung lebih lambat, namun lebih dalam dengan tujuan dapat berumur panjang (dirghayusa), beraneka latihan dengan istilah pranayama (Puraka, kumbaka, Recaka), pada dasarnya adalah menghirup prana sebanyak-banyaknya dengan tujuan meraup prana (energi kehidupan) yang lebih luas, Ang (mengirup), Ung (manahan) dan Mang (menghembuskan nafas) juga merupakan bagian dari prnayama. Energi prana dapat bersatu dengan energi kundalini dalam sumsum tulang belakang (ida dan pingkala) pada akhirnya memberikan energi kehidupan yang lebih kuat pada orang yang melakukanya. Dalam ajaran (Asthangga) Yoga, pranayama (pernafasan) merupakan hal yang mutlak dilakukan dan dianggap sebagai bagian terpenting dari yoga itu sendiri. sedangkan dalam persembahyangan (pemuspa) praktek pranayama setiap orang dilakukan dengan fokus utama pada jalan dan suaranya pernafasan. keheningan nafas merupakan cerminan keheningan bathin seseorang, semakin hening suara nafas, bahkan sampai terasa tidak ada pernafasan, berarti yoga tahapan pranayama telah tercapai tercermin dari keheningan bathin. dalam suasana bathin yang hening tuhan secara tidak sengaja akan muncul sekalipun dalam wujud lawat (bayangan) bagaikan bayangan bulan yang hanya terlihat pada terapayan yang airnya bersih dan hening, bila suasana bathin tidak hening, jauh kemungkinan tuhan terbayang bersinar dalam sanubari. itulah sebabnya mengapa kualitas nafas dalam sembahyang (muspa) menjadi penting. ilustrasi kontradiktif dapat dilihat pada orang sakit (bronchitis asma) suara nafasnya sering tidak teratur, bahkan ada faktor kesulitan ketika bernafas, dalam kondisi seperti ini mana mungkin orang dapat merasakan ketenangan bathin, demikian juga saat orang sakit ginjal, stroke, akan dapat dilihat dari kondisi nafasnya. oleh karena itu sangatlah bijak para leluhur mengajarkan kita setelah Yama, Niyama Brata, Pratyahara dan Diryana, selalu mengatur nafas dengan baik (pranayama) kemudian meningkat menuju yoga, Dharana, Turka, dan Samadhi.
0 Response to "Pernafasan saat Muspa"
Post a Comment