Kebahagiaan Sejati Dalam Agama Hindu, Sesuai penobatan Wibisana menjadi raja Alengka menyusul meninggalnya Rahwana, Shri Rama, Dewi Sinta dan Laksmana kembali ke Ayodya dengan mengendarai "Manipuspaka" kereta terbang hadiah dari Dewa Kuwera. Kedatangan Shri Rama mendapatkan perhatian yang sangat besar seluruh negeri, mereka sangat dinanti-nantikan dan dielu-elukan oleh seluruh penduduk Ayodya.
Sebagai rasa syukur akan kembalinya Dewi Sinta ke pangkuan Shrri Rama, serta tuntasnya kemelut yang melilit kerajaan Ayodya, beliau akan menyelenggarakan upacara besar "Abhivandana". Upacara ini akan memberikan penghargaan dan hadiah kepada siapapun yang telah berjasa membantu didalam proses bersatunya kembali Dewi Sinta selama ini. Ternyata masalah tersebut menelan pengorbanan dari banyak-banyak pihak disamping penduduk juga Wadyabala Wanara.
Pengebaraan Shri Rama ditengah hutan dengan segala penderitaan termasuk harus berpisah dengan istri tercintanya Dewi Sinta, ternyata mendapat simpati yang luar biasa serta kerinduan dari seluruh penduduk negeri kepada junjungannya Shri Rama. Hal ini ditandai dengan antusiasnya kehadiran para tamu; petinggi kerajaan, raja-raja di Baratawarsa, undangan yang akan diberi penghargaan serta para kawula kerajaan Ayodya. Perasaan gembira bercampur haru mewarnai didalam upacara Abivandana itu. Satu perstau mereka yang telah berjasa dipanggil dan diberikan penghargaan dan hadiah dari Shri Rama.
Tiba saatnya Giliran Anoman yang termasuk dalam daftar undangan yang akan mendapat penghargaan dan hadiah, dipanggil. Setelah maju dan mengaturkan sembah, Shri Rama bingung hadiah apa yang pantas diberikan kepada Hanoman, mengingat jasa Hanoman yang teramat sangat besar berhasil mempersatukan kembali Shri Rama dengan Dewi Sinta, Setelah Shri Rama Bermusyawarah sejenak dengan Dewi Sinta untuk memberikan hadiah istimewah yang berupa kalung mutiara satu-satunya kenangan pemberian Sang Ayah Prabu Janaka.
Sang Dewi merelakan karen teringat suatu kejadian yang tak akan mungkin terlupakan didalam kehidupan beliau. Sebuah perjuangan yang luar biasa, penuh dengan risiko, Hanoman sendiri dapat menembus barikade dan balatentara Alengka yang sedemikian perkasa baik kualitas maupun kuantitasnya. Ia berhasil menemui Sang Dewi disuatu taman yang sangat dirahasiakan, Ditengah penderitaan rasa cemas yang sangat mendalam ditambah tekanan yang maha dahsyat dari Rahwana, Sang Dewi nyaris tidak mempunyai harapan hidup lagi, Hanoman hadir tepat waktu sebagai duta. Sungguh bagai tetesan air embun pagi yang menghapus kehausan, muncul secerah harapan yang mampu membangkitkan kembali akan tekat, semangat dan cinta Shri Rama.
Untuk itulah Sang Dewi tidak segan-segan melepas kalung yang tengah dipakainya diserahkan kepada Hanoman. Sembari menghaturkan sembah kalung itu diterima dengan kedua tangannya. Setelah kalung itu diterima, Hanoman duduk kembali mengamati mutiara kalung itu satu persatu. Beberapa kali dilakukan tidak satupun dalam mutiara itu tergambar wajah Shri Rama, Hanoman terlihat sangat kecewa, karena hadiah yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena Hanoman memiliki kesaktian yang luar biasa tiada tersadari kalung itu putus dan mutiaranya tercerai berai jatuh tersebar dilantai. Peristiwa ini keruan saja menjadi perhatian segenap hadirin, semua mata tertuju kepada Hanoman. Sebuah tontonan yang menarik melihat tindakan Hanoman yang tidak sewajarnya itu; semua orang mengharapkan penghargaan dan hadiah, tetapi dia sebaliknya tidak hanya menolak bahkan merusak hadiah istimewa yang diberikan sang maharaja.
Sugriwa sang panglima naik pitam, sembari menghaturkan sembah dan mohon ijin kepada Shri Rama, ia berdiri dari tempat duduknya memarahi Hanoman : "hai Hanoman kera hina yang tak tau diri. Kelakuanmu sudah kelewatan diluar batas kesusilaan bahkan melakukan penghinaan kepada sang maharaja, oleh karenanya kamu mesti harus dihukum. Mohon ijin yang mulia hamba akan memberi pelajaran yang setimpal dengan perbuatannya itu". Melihat peristiwa itu Shri Rama dan Dewi Sinta tersenyum dan minta kepada panglima sugriwa bersabar dan duduk kembali. Kemudian Shri Rama mendekati dan menepuk pundak Hanoman yang sedang menundukan kepalanya karena merasa bersalah. dengan arif shri rama bertanya: "ada apa sahabat, mengapa kamu menolak pemebrian hadiah dari ku, apakah yang saya berikan masih kurang cukup? ketahuilah bahwa kalung itu satu-satunya kenangan terindah yang dimiliki Sang Dewi dari ayahnda tercinta Sang Raja Janaka. Saya berikan kepadamu sebagai rasa terima kasihku kepadamu". Sembari menghaturkan sembah Hanoman menjawab : "Mohon maaf beribu-ribu maaf yang mulia, hambah telah mengecewakan dan membuat masalah dalam pasamuan yang agung ini, sesungguhnya tidak setitikpun dalah hati hamba melecehkan pemberian hadiah yang paduka berikan kepada hamba, tetapi dari lubuk hati hamba yang terdalam bukan itu yang hamba harapkan". "baiklah kalau memang begitu, apa yang kamu harapkan dari aku?" tanya Shri Rama.
Hanoman menyampaikan kehendaknya bahwa apa yang dilakukan sesungguhnya sebuah pengabdian yang tulus dan iklas bahkan merasa bangga dan bahagia dapat melaksanakan missi suci sebagai buta. Dirinya sama sekali tidak mengharapkan imbalan apapun dari Sang Maharaja. jika dirinya menerima penghargaan ataupun hadiah sebagai balas jasa, menurut pengertiannya justru akan mengurangi hasil kerja yang telah dilakukannya.
Shri Ramapun memahami apa yang disampaikan Hanoman, tetapi sebaliknya menurut Shri Rama jika hal itu tidak dilakukan membebani pemikirannya yang selanjutnya akan menjadi penghambat didalam proses pencapaian kebahagiaanya. Oleh karenanya Shri Rama minta kepada Hanoman dapat mengurangi beban itu mendesaknya supaya mengajukan permintaan dan apapun itu beliau akan mengabulkannya.
"kalau memang demikian hendaknya yang mulia, hamba mengajukan dua buah permohonan semoga paduka berkenan untuk memnuhinya. Pertama, hamba mohon paduka yang mulia berkenan berstana dilingga sarira hamba walau dalam waktu yang sekejap" katanya.
Sesuai janji beliau, Shri Rama akan memenuhi permintaan Hanoman dan bersabda: "barang siapa yang maju selangkah menuju kepadaku, aku akan membuka pintu maju sepuluh langkah mendekatinya dan akan memberikan kebahagian sejati kepadanya".
Pustaka Ramayana mahakarya maharshi walmiki sesungguhnya memberikan gambaran kepada kita adanya pertarungan antara dharma dan adharma. Dharma yang divisualisasikan sebagai tokoh Rama sementara Adharma yang diperankan oleh Rahwana. Sehingga sabda SHri Rama merupakan sabda Tuhan yang diyakini kebenarannya bari para dharmika atau orang-orang yang berjalan diatas landasan dharma.
Hanoman memiliki kesaktian yang diberikan oleh ayahnya Dewa Bayu yang bernama bayubajra. Sembari menghaturkan sembah, Hanoman berdiri tegak, dengan kuku saktinya ia merobek dan membelah dadanya, Shri Rama masuk dan berstana di lingga sariranya untuk beberapa saat, setelah itu beliau keluar dan kembali duduk di singahsananya. Sambil bersabda bahwa permohonan yang pertama telah dikabulkan dan selanjutnya menanyakan permohonan yang kedua. Untuk yang kedua, mohon kepada Shri Rama tidak keberatan menerima Hanoman sebagai bhaktanya. Dengan dikabulkannya semua permohonannya itu Hanoman berucap "inilah seusngguhnya yang dinginkan merupakan kebahagiaan sejati, Kebahagian ini abadi tidak akan lapuk ditelan oleh waktu".
Dibalik itu semua, Hanoman ingin menunjukan konsistensinya sebagaimana yang dikatakan ketika dirinya membujuk Rahwana agar mengembalikan Dewi Sinta yang diculiknya, ia mengatakan;
Dharma kalawan arta kama tama
Tetiga yekawas temunta
Testining abek bhyakta katemwa
Yat pranapati sang raguputra
Artinya :
Dharma, Arta dan Kama yang diinginkan
Ketiganya akan dapat ditemukan
Demikian pula kebahagiaan batin akan mengikutinya
Manakala kita menjadi bhakta Sang Raguputra (Shri Rama)
0 Response to "Kebahagiaan Sejati Dalam Agama Hindu"
Post a Comment