Makna Upacara Mawinten, Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, roh dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.
Upacara Mawinten atau upanayana adalah merupakan salah satu upacara yang tergolong Manusa Yajna. Kata Mawinten berasal dari kata "Winten" (inten), adalah nama permata yang berwarna putih mempunyai sifat mulia, dapat memancarkan sinar berkilauan yang menyenangkan hati para peminat serta pemiliknya. Bertitik tolak dari pengertian Mawinten sebagaimana telah disebutkan, maka setiap orang yang meyakini ajaran Hindu wajib hukumnya untuk melaksanakan upacara mawinten. Karena, upacara ini bertujuan untuk penyucian diri secara lahir batin. Secara lahir upacara Mawinten bertujuan untuk membersihkan diri dari kekotoran yang melekat pada dirinya dengan menggunakan sarana air kumkuman (air yang berisi beraneka bunga harum). Sedangkan secara batin adalah bertujuan untuk memohon penyucian diri kepada Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, agar diberikan waranugraha berupa tuntunan, bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, Weda, susastra weda dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut baik untuk diri pribadi maupun kepada orang lain yang memerlukannya.
Landasan sastra agama upacara Mawinten dijumpai dalam berbagai pustaka lontar seperti lontar Tutur Pamangku yang isinya tentang Dharma Pawintenan, Tutur Pawintenan isinya tentang tata cara Pawintenan yang paling kecil dengan upacara dan upakaranya dan lontar Janma Prakreti isinya mengutarakan tentang tingkatan-tingkatan upacara Pawintenan.
- Pawintenan Sastra/Saraswati, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam mempelajari pengetahuan (Weda) untuk peningkatan kepandaian berilmu. Jenis pawintenan ini dapat dimulai dari umur 5 tahun atau setelah tanggal gigi.
- Pawintenan Pamangku, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugas kepemangkuan yaitu sebagai pemangku pura yang bertugas memimpin pelaksanaan upacara serta menjadi perantara antara umat penyungsungnya dengan Tuhan Yang Maha Esa di suatu pura.
- Pawintenan Dalang, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugasnya sebagai Dalang, dengan harapan dapat lebih mampu menarikan pemeranan tokoh- tokoh pewayangan dalam suatu acara pentas.
- Pawintenan Tukang, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin dalam tugas selanjutnya sebagai tukang, sesuai dengan profesi yang ditekuni dalam kehidupan untuk mempimpin suatu pekerjaan. Profesi tukang yang dimaksud adalah tukang banten/sajen/ tukang bangunan/undagi, tukang besi/pande, patung, wadah dan sebagainya. Pawintenan Balian/Dukun, tujuan khususnya adalah untuk mensucikan diri secara lahir batin.
- Pawintenan Mahawisesa, tujuan khususnya adalah mensucikan diri secara lahir batin terhadap fungsionaris pengurus-pengurus Desa Adat (Bendesa Adat), dengan segenap jajarannya, agar dalam tugas dan pengabdiannya mampu mengemban dan melaksanakan ajaran-ajaran agama Hindu di wilayah desanya serta dapat melaksanakan dengan baik.
-Pawintenan Sadeg/Dasaran, tujuan khususnya untuk mensucikan diri secara lahir batin terhadap tugas selanjutnya, agar dalam pengabdiannya sebagai penyambung penyampaian pawisik/bisikan yang diterima dari Hyang Widhi/ manifestasiNya yang dimuliakan,
Jenis-jenis upacara Mawinten Tersebut disesuaikan dengan profesi yang akan ditekuni dalam kehidupan. Mengenai waktu penyelenggaraan upacara pawintenan umumnya menjelang upacara “Penyineban” atau hari penutupan Piodalan (ulang tahun pura) yang disebut dengan “Nyurud Hayu”. Nyurud artinya memohon dan Hayu artinya keselamatan. Jadi nyurud hayu adalah memohon keselamatan Kepada Hyang Widhi Wasa, Bhatara-Bhatari dan Leluhur. Selain itu, hari baik untuk melaksanakan upacara mawinten adalah Purnama, dengan tujuan supaya pembersihan dan penyucian terhadap dirinya benar-benar bersih serta terang benderang seperti sinarnya bulan purnama. Secara umum tempat penyelenggaraan upacara Pawintenan itu adalah di Pura. Pawintenan untuk Pamangku biasanya dilaksanakan dimana mereka akan mengabdikan diri sebagai Pemangku, misalnya di Pura Dalem, Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dhang Kahyangan, Sad Kahyangan, Kahyangan Jagat atau di Sanggah atau Merajan. Adapun pemimpin upacara pawintenan adalah seorang Pendeta. upacara pawintenan dapat dilaksanakan dengan cara memohon kehadapan Hyang Widhi Wasa yang diantar oleh pemangku senior, dan pawintenan ini disebut Pawintenan ka Widhi. Upacara pawintenan adalah merupakan salah satu kewajiban setiap umat Hindu dalam upaya mewujudkan kesejahteraan lahir maupun kebahagiaan bathin (jagadhita dan moksa).
Rangkaian upacara pawintenan secara garis besar dapat ditarik makna seperti berikut adalah Menenangkan dan memusatkan pikiran, sehingga dapat lebih terarah untuk mulai mempelajari ilmu pengetahuan, Mengendalikan diri dan menuntun seseorang untuk berpikir, berkata dan berbuat sesuai dengan ajaran dharma, Merupakan tahapan atau jenjang dalam pendakian spiritual, Meningkatkan kebersihan dan kesucian diri pribadi, Pengabdian, pelayanaan kepada Hyang Widhi Wasa dan Masyarakat.
0 Response to "Makna Upacara Mawinten"
Post a Comment