Bahasa Bali Bahasa Hindu,Kepunahan Bahasa daerah umumnya ditandai dengan tidak adanya lagi pengguna Bahasa tersebut dan komunikasi praktis, Hal tersebut tentu menjadi persoalan serius bagi Bangsa indonesia yang sedang berjuang membangun jadi diri dan karakter bangsa. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh Bahasa, Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Penetapan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan memang menjadi keharusan etis bagi Bangsa Indonesa yang Multietnis. Tanpa itu, sulit untuk menyatukan berbagai komunitas yang berbeda secara geografis, politis dan kultural menjadi satu komunitas bangsa yang utuh. Pembentukan identitas nasional dapat dipahami menjadi gagasan utama yang mendasari oenetaoan Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional sekaligus bahasa resmi negara. walaupun demikian, pembentukan identitas nasional melalui penetapan Bahasa Indonesia sesungguhnya tidak bermaksud untuk menghilangkan eksistensi bahasa daerah. Justru, keberadaan Bahasa Daerah harus dijaga dan di lestarikan serta di kembangkan untuk memajukan Kebudayaan Nasional.
Kondisi ideal tersebut tampaknya sulit diwujudkan saat ini, karena penggunaan Bahasa Indonesia secara meluas di masyarakat tenyata malah meminggirkan Bahasa Daerah. Pewarisan Bahasa Daerah kepada anak-anak mengalami problematika yang begitu pelik, seiring dengan pragmatisme dan estetisasi kehidupan yang menjangkiti masyarakat modern. Bahasa Indonesia dipandang lebih penting diajarkan sejak dini agar anak-anak dapat memasuki ranah komunikasi dan informasi yang lebih luas. Pelajaran Bahasa Daerah kerap menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak sehingga mereka enggan mempelajarinya. Secara umum, Bahasa Daerah kini hanya menjadi Bahasa kelas tiga dan harus segera bersiap-siap untuk ditinggalkan masyarakat dalam gelanggang Komunukasi yang kiat terbuka.
Menyikapi problematika tersebut, revitalisasi Bahasa Daerah menjadi gerakan yang segera dilakukan apabila bangsa ini tidak ingin kehilangan kekayaan budayanya yang adiluhung. Karena Bahasa Daerah sarat dengan tatanan dan tuntunan yang menyetuh rasa batin manusia. bahasa jawa dan bali dapat dijadikan cotoh betapa kedua bahasa tersebut mengandung ajaran budi pekerti yang luhur.
Bahasa Daerah juga telah menjadi sarana yang begitu penting bagi para pujangga spiritual untuk menuangkan tuntunan hidup dan kehidupan dalam karya emasnya. dalam perkembangan agama hindu di daerah jawa dan daerah bali, ajaran Weda telah di transformasikan begitu rupa melalui tradisi kesusasteraan Jawa Kuno. Pasca Runtuhnya Hindu di Pulau Jawa, Kesusasteraan Jawa Tengahan muncuk dalam berbagai sastra serat dan suluk yang serat dengan ajaran spiritual dan budi pekerti di dalamnya. Pada masa itu, ajaran Agama Hindu tetap mewarnai kesusasteraan Jawa walaupun unsur-unsur Islam sufistik turut mewarnainya. Berbeda dengan itu, justru kesusasteraan Bali mengalami perkembangan yang pesat dan menunjukan peranannya yang luar biasa dalam proses transformasi ajaran Agama Hindu. Selain teks-teks Jawa Kuno, juga kesusasteraan Bali senantiasa hadir dalam berbagai momentum budaya dan agama terutama tradisi mababasan.
Secara Kontekstual, pelaksanaan Agama Hindu Bali nyaris tidak dapat dilepaskan dari peran Bahasa Bali. Teologi Hindu Bali yang mengafirmasi kearifan lokal ternyata begitu akrab dengan nama-nama Tuhan lokal ('Bhatara-bhatari') yang menggunakan Bahasa Bali, Seperti Ratu Gede Mecaling ('Bhatara yang bertaring'), Ratu Gede Puseh ('Bhatara yang sthana di Pura Puseh'), atau Bhatara Dalem. Transformasi seperti ini menandakan bahwa konsep teologi Hindu diajarkan melalui Bahasa Bali sehingga bersesuaian dengan sistem pengetahuan dan kepercayaan Umat Hindu. Dalam Konteks Moralitas Hindu, aturan berwacana ( Wacika Parisudha ) seperti dijelaskan dalam teks-teks kesusastraan Hindu, juga mendapatkan makna seluas-luasnya dalam praktik berbahasa Bali. Ajaran untuk berujar yang halus dan sopan dapat dengan mudah ditransformasikan melalui Sor-Singgih Basa. Melalui Bahasa Bali, orang Bali dapat memahami kata-kata yang patut atau tidak patut diucapkan kepada lawan bicara. Ritual Keagamaan yang dilaksanakan Umat Hindu di Bali juga tidak pernah lepas dari penggunaan Bahasa Bali. Mulai dari ragam dan jenis Banten yang harus dipersembahkan, tata cara menghaturkan persembahan dan pengantar persembahyangan hampir seluruhnya menggunakan Bahasa Bali.
Hal tersebut menegaskan bahwa Bahasa Bali mampu mentransformasikan seluruh aspek ajaran Agama Hindu adalah Tattwa, Susila dan acara dalam konteks sosiokultural masyarakat Bali. Hal tersebut acapkali melahirkan kesan seolah-olah Bahasa Bali adalah Bahasa Hindu, Hal ini tidak dapat lepas dari eratnya relasi Agama dan Kebudayaan dalam praktik Agama Hindu Bali, termasuk penggunaan Bahasa Bali di dalamnya. Membahas tentang Bahasa Bali, Bahasa Hindu? transformasi kultural Agama Hindu Bali tampaknya harus dijadikan Bantang babaosan mengingat oemikiran trnasformatif senantiasa bertalian erat dengan perubahan dan perkembangan keagamaan dalam praktik sosiokultural.
Kitab Catur Weda Samhita yang tertulis dengan Bahasa Sanskerta Weda ( Vedic Sanskrit ), menurut para ahli dipandang memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi untuk dipahami Umat kebanyakan. Kitab Itihasa dan Purana yang ditulis untuk menyempurnakan pengetahuan tentang Weda ditulis dalam Bahasa Sanskerta Klasik ( Classical Sanskrit ) sehingga lebih mudah dipahami pembacanya. Dalam perkembangannya sampai ke Indonesia, Bahasa Sanskerta mulai digunakan dengan beberapa penyesuaian sehingga melahirkan teks-teks berbahasa Sanskerta Kepulaian ( Archipelago Sanskrit ). Tansformasi Bahasa Sanskerta ini harus berlanjut dengan mulai digunakannya Bahasa Jawa Kuno, Jawa Tengahan dan Bali dalam Penulisan teks-teks kesusastraan Hindu. Sleuruh proses transformasi Bahasa tersebut menunjukan bahwa Agama Hindu begitu terbuka dengan berbagai praktik budaya yang bertujuan untuk memudahkan Umatnya dalam memahami ajaran Agama Hindu. Penggunaan Bahasa Bali dalam mengimplementasikan ajaran Agama Hindu dapat diterima dalam semesta pengalaman dan pengamalan Agama Hindu.
Berdasarkan pemahaman tersebut, kiranya pernyataan Bahasa Bali, Bahasa hindu bukanlah sesuatu yang naif. Dapat dibayangkan betapa Umat Hindu di Bali akan Kehilangan kekayaan Budaya, bahkan mengalami disorientasi kultural ketika Bahasa Bali hilang dalam praktik Agama Hindu. Bahasa tidak hanya menjadi Alat Komunikasi, tetapi bersangkut paut dengan rasa batin manusia. Bahasa dalam praktik Agama bertujuan untuk membangkitkan emosi Keagamaan manusia adalah rasa kagum, takjub, terpesona, takut dan tunduk kepada Shang Hyang Widhi Wasa. Rasa Agama inilah yang akan mengantarkan Umat Hindu pada pengalaman Keagamaan yang tenteram, damai dan menyejukan.
0 Response to "Bahasa Bali Bahasa Hindu"
Post a Comment